Dengan disosialisasikan secara gamblang apa yang harus dilakukan jika ada murid yang jadi korban atau pelaku. Tidak hanya itu, mereka juga harus menjelaskan apa sanksi yang bisa diterima oleh para murid lain ketika mereka hanya jadi penonton dari sebuah tindakan bullying, dan yang pasti sanksi bagi pelaku dong.
Selain itu bisa juga dibentuk kondisi para murid saling bersahabat. Sehingga jika satu murid memiliki kekesalan terhadap murid lain, maka anak tidak dibiarkan bertindak sendiri.
Para guru pun bisa menjadi sahabat bagi murid sehingga masalah yang dialami si murid dengan temannya di sekolah bisa dibicarakan dan dicari jalan keluarnya dengan bantuan pihak sekolah.
Selain sekolah, keluarga terutama orang tua juga memiliki peran penting dalam mencegah bullying di sekolah. Caranya, orang tua bisa membangun komunikasi yang dekat dan sebaik mungkin dengan anak. Tujuannya, supaya anak bisa terbuka dengan orang tuanya dan dapat membantu mengatasi permasalahan yang sedang di alami oleh si anak.
DAFTAR PUSTAKA
Anantasari. 2006. Menyikapi Perilaku Agresif Anak. Kanisus, Yogyakarta.
Corey, Gerald. 2005. Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. PT Refika Aditama, Bandung.
Online at http://www.detiknews.com/in-dex.php/detik.read/tahun/2007/[accessed 01/07/2011
KBBI. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta.
Komalasari, Gantina. 2011. Teori dan Praktek Konseling. PT Indeks, Jakarta.
Priyatna, Andi. 2010. Let's End Bullying (Memahami, Mencegah dan Mengatasi Bullying). PT Elex media komputindo, Jakarta.
Safaria, Triantono. 2005. Terapi dan Konseling Gestalt. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Supriyo. 2008. Studi Kasus Bimbingan dan Konseling.Semarang: CV Nieuw Setapak.