Mohon tunggu...
Ainnafa Idatun
Ainnafa Idatun Mohon Tunggu... Model - Pelajar

Mahasiswa Uin Malang Jurusan Psikologi Angkatan 2017 Semester 5

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengatasi Perilaku Agresif Pelaku Bullying melalui Pendekatan Gestalt Kursi Kosong

6 Desember 2019   20:14 Diperbarui: 6 Desember 2019   20:30 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Akibat dari perilaku agresif tersebut akan menghambat perkembangan para pelaku bullying. Apabila perilaku agresif ini terus menerus dipelihara dan tidak mendapatkan penanganan akan menimbulkan dampak negatif bagi para pelaku bullying, di antaranya pelaku bullying memiliki hubungan yang kurang baik dengan teman ataupun lingkungannya, prestasi akademik yang kurang baik dibandingkan dengan teman-teman lainnya, dan akan berpengaruh terhadap keterampilan dirinya, dengan demikian siswa pun tidak dapat berkembang secara maksimal.

Berdasarkan fenomena diatas, penulis menyarankan agar dapat menggunakan pendekatan konseling gestalt untuk mengatasi masalah tersebut. Konseling gestalt dipilih karena sasaran utama terapi gestalt menurut Perls (Dalam Corey,2005) adalah pencapaian kesadaraan. Tanpa kesadaran, klien tidak memiliki alat untuk mengubah kepribadiannya.

Dengan kesadaran klien bisa memandang suatu masalah secara utuh dan menyeluruh, sehingga klien tidak memandang suatu masalah hanya dari satu sisi saja, namun bisa melihat pada sisi-sisi yang lain, dan bisa memposisikan dirinya dalam posisi top dog maupun under dog.

Klien diajarkan berada dalam posisi top dog dan under dog melalui teknik kursi kosong. "Teknik kursi kosong bertujuan untuk membantu mengatasi konflik interpersonal dan intra personal" (Thompshon 2004:191 dalam Gantina 2011).

Teknik kursi kosong biasanya digunakan sebagai alat untuk membantu klien dalam memecahkan konflik-konflik interpersonal, seperti kemarahan pada seseorang, merasa diperlakukan tidak adil, dan sebagainya.

Menurut Safaria (2005:117) "tujuan pemakaian teknik kursi kosong adalah untuk mengakhiri konflik-konflik dengan jalan memutuskan urusan-urusan yang tidak selesai yang berasal dari masa lampau klien".

Jadi melalui konseling gestalt teknik kursi kosong klien diajarkan untuk mampu berempati, mampu memahami kondisi korbannya serta mampu mengentaskan konflik-konflik di masa lalunya.

Dari temuan fenomena yang penulis temukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku agresif pelaku bulliying bisa diatasi melalui konseling gestalt teknik kursi kosong. Dengan membantu klien berfikir secara utuh dan menyeluruh terhadap suatu masalah, klien mampu berempati, mampu memahami korbannya dan selanjutnya pelaku dapat mengendalikan perilaku agresifnya bukan karena ancaman atau hukuman, melainkan karena keinginannya sendiri.

Dengan berperan sebagai top dog maupun under dog, pelaku dapat melampiaskan dan mengungkapkan semua emosinya, sehingga untuk perilaku selanjutnya pelaku dapat mengontrol perilakunya.

SARAN
Kasus bullying yang terjadi disekolah maupun di luar lingkungan sekolah saat ini memang tak bisa dianggap sebagai hal yang biasa lagi. Hal tersebut ternyata sangat berdampak terhadap psikologi si korban maupun pelaku.

Meski demikian, hal itu bisa dihindari. Dengan cara, pihak sekolah tentu sangat penting untuk mempublikasikan program anti bullying dengan tegas dan jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun