Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Terbuang

19 Januari 2020   15:00 Diperbarui: 19 Januari 2020   15:10 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (The Great Depression. Young Girl Art Print-Everett/fineartamerica.com)

mereka menghujatku lagi

menampar tatap nanar
merampas kebebasanku

mereka meludahiku kotoran
silih berganti iblis keji
laiknya diri sampah menjijikkan
membuangku ke lembah kesunyian
mereka torehkan luka
menyayat hati
perih menari basi

aku tetap tak bergeming
diam dalam hujatan menghujam
tertunduk dalam lumuran darah murah
meringis menahan luka biasa
tetap saja mereka tak mengerti

terbuang,
aku manusia terbuang
utuh kembali didaur ulang

(Denpasar-Bali, Minggu 30 November 2008. 1001 Puisi Nadya Nadine).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun