Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rembulan Redup

16 Desember 2019   05:39 Diperbarui: 16 Desember 2019   05:43 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: pxhere.com/id/photo/1155308)

beringsut redup di tungku pandangan lisut
awan berarak menutup
mendung berentet membuntut
menguburmu sesaat telungkup

beringsut dari larut
ketika rembulan meredup
engkau meriapiku tak hendak surut
meski mulutku terkatup

bulir-bulir do'a tercerabut
tak lagi terbesut

jauh-dekat jarak-Mu di degub
kembali rembulan-Mu meredup

(Denpasar-Bali, Jum'at 14 November 2008, 1001 Puisi Nadya Nadine).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun