Di sini, aroma kopi menyapa, merangkul lelah dan resah yang mendalam.
pengorbanan tanpa batas, menderita dalam pemberian
Rembulan redup-redup, bibirmu memeluk sendu, kelopak matamu meliuk
Keredupan tidak selalu membuat hati luka selama itu masih ada cahaya ilahi yang menyinari hati
Cahayanya meredup satu demi satu, sinarmu menjadi abu-abu
Di hening malam yang mulai berawan. Tergantung luka-luka dan potret kenangan
Senja Tak Diundang. Tak semua bisa teringat. Ada bahagia dan iba. Ada kebohongan dan kecewa
Puisi tentang hamparan alam yang terlihat dan masa depan.
Sebuah puisi tentang rasa kecewa pada seseorang...
Puisi kelima dari delapan rincian judul puisi tentang Baju, khususnya tentang Baju Duka. Semoga bermanfaat.
Tentang sikapmu Tentang kecantikanmu Tentang indahnya senyum manismu Engkau sangat sempurna Tapi,... Rinduku semakin redup
Perlahan-lahan fenomena anak muda ini mulai redup dan ditinggalkan oleh netizen, apalagi saat ini para pentolan Citayam Fashion Week mulai terpecah.
Saat suara hati menggema kau maasih jauh di sana dan aku akan menantimu
hati meredup mencari terangnya lampu tanpa akhir tanpa jawab
Sebuah puisi kehidupan tentang keindahan suasana ketika senja.
Bumiku Ibuku, tempatku berdiam mendekapku dalam balutan syahdu
Meski di tengah kondisi memprihatinkan di tambah situasi pandemi semakin memperburuk keadaan, sepasang kekasih tak putus asa dan terus melangitkan doa
Di usia jelang senja dalam perjalanan waktu, kadang impian bisa terwujudkan namun jangan terlena dan jumawa karena semua hanya permainan dunia.
Setia bahkan tak punya batas waktu Sedang saat ini; aku amnesia malam minggu