Sudah tiga minggu sejak Cheryl pulang ke rumah neneknya, ia merasa ada yang janggal dalam dirinya. Semenjak ia dihina teman sekelasnya karena ia memiliki wajah yang buruk rupa. Ia selalu dibilang kurang merawat diri, bahkan tak jarang ia mendapat kata-kata yang tidak pantas.
Saat itu, Cheryl seperti biasa mengurung diri di kamarnya. Ia menatap pohon kersen yang masih berbuah ranum dari jendela sambil meneteskan air matanya. Ia merasa sudah tidak tahan dengan hinaan teman-temannya.
Apa salahku? Mengapa aku diperlakukan seperti ini? batin Cheryl bersamaan dengan air matanya yang menetes bagai sungai yang mengaliri wajahnya.
Tiba-tiba Nenek Hydra--nenek Cheryl masuk ke kamarnya. Ia melihat Cheryl yang masih meratapi kejadian itu. Ia perlahan mendatangi cucunya yang masih diselimuti duka.
"Ada apa, Cucuku Sayang? Mengapa kamu menangis? Bukannya kamu tadi pagi seharusnya masuk sekolah?" tanya neneknya.
"Nenek, apa iya, aku tidak cantik? Padahal dari segi nama, namaku bagus. Ada apa dengan diriku, Nek?" Cheryl bertanya sambil memeluk neneknya, air matanya masih saja menetes.
"Kamu cantik, Cucuku. Kamu cantik secantik namamu. Memangnya ada apa?" tanya neneknya.
Cheryl menceritakan kejadian sebenarnya.
Tiga minggu yang lalu semenjak Cheryl masih aktif bersekolah, Cheryl kerap mendapat ejekan dari teman-temannya.
"Eh, Si Kersen sudah datang!" teriak Beno--teman Cheryl.