Mohon tunggu...
Nadia Ulyi
Nadia Ulyi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Jambi

Mahasiswa Administrasi Pendidikan 2018

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menuju Keadilan Gender dalam Pendidikan

27 Maret 2021   19:01 Diperbarui: 27 Maret 2021   19:04 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terlepas dari laki-laki dan perempuan, kelahiran setiap orang pada dasarnya sama. Oleh karena itu, mereka harus memiliki kesempatan yang sama di segala bidang termasuk pendidikan. Meski demikian, masih banyak yang belum memahami bahwa pendidikan adalah hak asasi manusia, termasuk bagi perempuan. Biasanya anak perempuan adalah orang yang sering dilanggar hak asasinya. Padahal, pendidikan merupakan salah satu cara untuk mengentaskan kemiskinan. Pendidikan merupakan sarana penting untuk mencapai pembangunan, kesetaraan dan perdamaian. Pendidikan non-diskriminatif akan bermanfaat bagi laki-laki dan perempuan, terutama dalam membuat hubungan keduanya menjadi setara. Pembangunan sumber daya manusia untuk kesetaraan dan kesetaraan gender masih jauh dari padam. Meski pemerintah telah merumuskan kebijakan untuk memberantas buta aksara, masih banyak anak, remaja, dan orang dewasa yang belum mengenyam pendidikan. Di negara-negara Asia Selatan, diperkirakan hanya 94 anak perempuan yang bersekolah dasar, dibandingkan dengan 100 anak laki-laki. Di dunia, 85% dari 100 anak yang terpaksa meninggalkan sekolah dasar adalah perempuan (Jurnal Perempuan No. 50, 2006:10). Diperkirakan, tanpa kemauan dan tindakan tertentu, angka melek huruf dan kecakapan hidup akan tetap rendah. Hal ini tentunya telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam menciptakan ketidakberdayaan dan kemiskinan di kalangan perempuan.

Fakta yang menunjukkan perbedaan gender terkait dengan banyak faktor, antara lain: perilaku sosial yang beranggapan bahwa pendidikan lebih penting bagi anak laki-laki daripada perempuan. Faktor budaya juga memberikan pengaruh, terutama ketika siswa memilih jurusan sendiri. Jika laki-laki menyukai hard science (bidang ilmu keras) yang menjadikan mereka sebagai pekerja produksi utama, maka perempuan menyukai ilmu perilaku, seperti pendidikan, psikologi, dan kesejahteraan sosial. Faktor penting lainnya adalah mentalitas pengelola dan pelaksana pendidikan yang dominan laki-laki. Budaya birokrasi masih menempatkan perempuan pada posisi yang kurang menguntungkan, terutama dalam pengambilan keputusan di bidang pendidikan.
Praktik budaya seperti pemisahan gender dan diferensiasi sering kali menghalangi anak perempuan untuk bersekolah. Di banyak masyarakat, orang tua percaya bahwa menyekolahkan anak perempuan kurang menguntungkan dibandingkan dengan menyekolahkan anak laki-laki. Bagaimana menghadapi norma budaya yang membuat perempuan tertinggal? Bagaimana cara mendorong orang tua untuk menyekolahkan anak perempuannya? Beberapa dari masalah ini mungkin memerlukan refleksi. Kesetaraan gender menempatkan laki-laki dan perempuan pada posisi yang sama. Kesetaraan gender berarti tidak mengakui aturan laki-laki atas perempuan dengan cara apapun. Kesetaraan gender berarti memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan dan laki-laki, termasuk hak atas pendidikan.

pendidikan non-diskriminatif dan adil sangat berguna dalam mencapai interaksi yang setara antara laki-laki dan perempuan. Namun nyatanya, perempuan masih banyak mengalami diskriminasi, terutama di bidang pendidikan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya ketidakadilan ini, yaitu faktor struktural dan budaya. Selain kebijakan pembangunan yang kurang peka terhadap isu gender, masih terdapat praktik budaya yang bias gender di masyarakat. Menghadapi kondisi seperti itu, tentunya perlu dilakukan upaya nyata untuk meningkatkan status perempuan. Untuk mencapai pendidikan yang lebih setara gender. Membuka akses pendidikan yang lebih luas merupakan salah satu kunci pemberdayaan perempuan, memungkinkan mereka berpartisipasi dalam pengambilan keputusan di semua bidang kehidupan sosial.

Upaya perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan keadilan gender, antara lain perlunya pengembangan rencana peningkatan peran dan kedudukan perempuan memerlukan strategi pengembangan model pendidikan yang berperspektif gender (Sastriyani dalam Sumijati, 2001: 143). Pendidikan ini membutuhkan sosialisasi dari komunitas, orang dewasa dan anak-anak. Orang tua, tanpa memandang jenis kelamin, diharapkan dapat mendidik anak laki-laki dan perempuan. Pendidik di sekolah tidak hanya perlu mendidik siswi untuk menekuni keahlian  di bidang kewanitaan (female field), tetapi juga harus membimbing mereka untuk memilih bidang yang dianggap bidang laki-laki, seperti sains atau teknik. Sebab dalam proses industrialisasi, peran iptek yang tepat juga harus dikuasai oleh perempuan.
Saya sangat tidak setuju dengan adannya perbedaan gender dalam dunia pendidikan karena semua orang, orang yang dimaksud bukan hanya laki-laki saja tetapi juga perempuan berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan kedudukan yang sama dalam mengenyam pendidikan yang mana ini merupakan perwujudan dari pasal 31 UUD 1945 dan sila kelima pancasila.

Jadi dapat disimpulkan bahwasannya Masalah utama perbedaan gender dalam pendidikan adalah stigmatisasi gender oleh masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan kesadaran gender. Artinya kemajuan pendidikan dan keberhasilan seseorang tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, tetapi lebih bergantung pada pola asuh orang tua dan dukungan kepada orang tua dan orang-orang di sekitarnya. Semua orang (formal dan informal) harus memahami dan menginternalisasi kesadaran ini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun