Mohon tunggu...
Nadia Azkal Uyun
Nadia Azkal Uyun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura prodi PBSI asal Pamekasan

Penggiat literasi masa kini

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rangkaian Benang Biru

29 November 2021   00:35 Diperbarui: 29 November 2021   00:54 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Em.. .. Ibu .. tapi ..." .

Aku berusaha membela diri, tapi tak kunjung bisa bersuara

"Tapi apa ?, sudah, Ibu marah sama kamu".

Ibu meninggalkanku entah kemana, keluar. Mungkin Ibu akan mencari ketenangan sebab onarku ini. Ibu tidak tau apa saja yang aku kerjakan selama ini, bukan main-main.

"Ibu, aku bukan seperti yang kau maksud. Aku bukan main-main, aku punya alasan untuk itu, aku harus mengorbankan ini, apakah Ibu tau?, aku bekerja paruh dengan Bapak Wahid, supaya apa ? Supaya aku bisa memenuhi keinginanku Ibu, kebutuhanku saja belum terpenuhi, ingin meminta kepadamu, aku tak enak hati melakukan itu. 

Aku sudah punya tabungan Ibu, selama setahun ini aku punya tabungan, untuk membeli segala kebutuhan dan keinginanku, melihatmu hanya bekerja seperti itu, tidak tega untuk aku meminta sesuatu. Kau boleh marah padaku Ibu, benang biru ku masih tersimpan dalam tas, yang artinya harapanku masih tersimpan rapi, masih ingin aku perjuangkan".

Beginilah kehidupan sehari-hariku, kadang masuk kadang tidak, susah senang ku tanggung sendiri, tanpa harus mengeluh pada Ibu. 

Ya, itulah kisahku sebelum aku mengais kesuksesan dan keberkahan seperti saat ini, patut disyukuri, jalanku selalu dipermudah Tuhan, aku ucap terima kasih padamu Ibu, sebab tanpa amarahmu semangatku tak kan berkobar untuk terus berjuang meski harus mengorbankan pendidikan. 

Saat ini, Ibu tak lagi memarahiku apapun itu, sebab ia tau, tujuanku dulu apa, bukan main-main seperti apa yang ada dalam pikirannya, sekarang benang biru dalam tas usangku yang dijadikan tas kebohongan masuk sekolah waktu itu sudah terjahit bersama baju-baju. Harapanku terjahit sempurna pada akhirnya meski sebenarnya banyak sakit yang dilalui tempo lalu. 

Bagi siapapun yang membutuhkanku jangan pernah sungkan, dari manapun asalmu akan teteap aku bantu sebab aku juga pernah mengalami kesulitan seperti yang kalian rasakan, semangat pemeroses agar menjadi cemerlang dan sukses. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun