Sastra di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Hal ini terbukti dari banyaknya karya sastra seperti pantun, syair, hikayat, puisi, cerpen, novel, roman, teks drama, dan lainnya.
Berkembangnya sastra ini merupakan hasil dari karya-karya yang dihasilkan oleh para sastrawan. Menghasilkan sebuah karya sastra, merupakan salah satu wujud sastrawan untuk kemajuan dunia sastra di Indonesia.
Sastra berkembang mengikuti zaman. Awal mula berkembangnya sastra, dimulai dari sastra lisan. Kemudian berkembang mengikuti zaman sehingga berubah menjadi sastra tulis. Sastra tulis menggunakan media tulisan atau literal, kemudian muncul sastra cetak yang medianya menggunakan media cetak seperti koran, majalah, buku, dan lainnya. Seiring dengan berkembangnya zaman dan canggihnya teknologi, muncullah sastra dalam bentuk digital yang medianya menggunakan handphone, internet, dan komputer. Semakin canggihnya teknologi dapat memberikan kemudahan bagi seseorang terutama bagi penulis untuk menghasilkan sebuah karya sastra.
Tujuan saya menulis artikel yang berjudul “Periode Sejarah Perkembangan Sastra Indonesia” ini, karena saya ingin memberikan informasi kepada pembaca tentang perkembangan sastra sesuai periodenya. Penulisan artikel ini juga bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang sejarah perkembangan sastra. Lalu bagaimana perkembangan sastra di Indonesia?
Jika membahas perkembangan sastra Indonesia, bayangan kita selalu tertuju pada periode sastra. Tujuan dari periode sastra ini adalah untuk memudahkan sastrawan dalam mengembangkan suatu karya sastra.
Periode sejarah sastra Indonesia di antaranya adalah sebagai berikut:
Periode 1850-1933
Periode ini dianggap sebagai periode awal dalam pembabakan sejarah sastra di Indonesia. Pembabakan sejarah sastra ini merupakan awal dari munculnya teknologi berupa mesin cetak, yaitu pada tahun 1850. Periode awal ini ditandai dengan produksi bacaan kaum pergerakan yang sering disebut sebagai “Bacaan Liar”dan memiliki misi politik etis. Karya sastra yang banyak ditulis pada periode ini adalah roman, yang gaya bahasanya menggunakan perumpamaan klise dan peribahasa, tetapi masih menggunakan bahasa sehari-sehari. Beberapa sastrawan atau penulis pada periode ini yaitu Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Hamka, dan lainnya.
Periode 1933-1942
Pada periode ini mengeluarkan banyak pemikiran dalam sastra Indonesia dengan munculnya majalah Pujangga Baru yang diterbitkan oleh Sutan Takdir Alisyahbana pada tahun 1933. Majalah ini berisi pemikiran-pemikiran tentang kebudayaan Indonesia dan pendidikan. Karya-karya sastra yang banyak ditulis pada periode ini adalah puisi, yang menggunakan kata-kata indah serta gaya sajaknya yang diafan dan polos. Sastrawan yang termasuk pada periode ini adalah Amir Hamzah, Sutan Takdir Alisyahbana, Armyn Pane, Sanusi Pane, dan Mohammad Yamin.