Mohon tunggu...
Nada Taufik
Nada Taufik Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Seorang writer, producer film, stand up comedian, fotografer, mentor Ketofastosis, business woman yang bergerak dibidang Bags dan Fashion. Pernah bergerak dibidang tarik suara (singer), Host dan MC.

Selanjutnya

Tutup

Horor

His Spirit Still Alive Part 2

27 Mei 2023   23:30 Diperbarui: 30 Mei 2023   03:35 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            “Billa, ada apaaa… ini…” aku berusaha memanggil anakku dengan gemeteran, aku berharap setidaknya Billa datang menghampiriku, tapi bayangan itu menjauh pergi. Tak lama Billa datang memelukku.

            “Kakek belum tenang, bunda… ada sesuatu yang harus diselesaikan!” tiba-tiba Billa memeluk erat tubuhku tanpa berkata apa-apa lagi, kami memutuskan malam itu langsung kembali kerumah.

            “Billa, ceritakan pada bunda, apa yang terjadi?” tanyaku dengan nada yang masih gemetar, sementara Billa belum bisa mengatakan apa-apa, dia tetap memeluk erat aku dalam perjalanan pulang.

Keesokan Harinya

            Billa memutuskan untuk tidak bersekolah beberapa hari kedepan, dia memutuskan untuk berdiam diri didalam kamar, dia belum menceritakan apapun padaku. Aku tau ada yang tidak beres, sepertinya aku harus mencari tau sendiri, lalu aku mengetikkan pesan ke whatsapp papa didalam HP ku.

“Papa, aku sangat merindukan dirimu, aku kehilangan dirimu dan aku juga tau bahwa bukan hanya aku yang kehilangan dirimu tapi terlebih dengan Billa. Papa kan tau bahwa Billa sangat sensitif, dia terlahir sebagai orang yang memiliki kekurangan, dia memiliki sesuatu yang tidak semua orang miliki, tolong kami papa… ada apa sebenarnya yang terjadi?”


            Ketika mengetikkan pesan itu, aku tidak pernah menyangka bahwa akan ada pesan balasan darinya, karena HP papa pun aku yang pegang, walaupun dalam keadaan hidup. Aku menunggu beberapa saat, kupikir mungkin ada keajaiban akan dibalas. Akhirnya aku bermain bersama anakku yang lain, aku juga memiliki anak-anak yang masih kecil berusia 2 tahun dan saat itu aku masih mengandung janin laki-laki yang usia kandunganku memasuki 6 bulan.

            Beberapa saat kemudian, Billa datang menghampiriku yang tertidur di kamar, dia memeluk kencang diriku sambil membisikkan sesuatu di telingaku, “Kakek masih ada disini bunda!” kata-katanya mengejutkan ku. Yang kutau bahwa jiwa yang sudah meninggal tidak akan pernah kembali kecuali jin, tapi Billa mengatakan ini bukan jin melainkan benar kakeknya, tepatnya energi papa yang masih tertinggal didalam rumahku.

            Pada awal mula Billa cerita aku tidak percaya, lalu aku mulai ceramah ke Billa bahwa jiwa yang sudah meninggal tidak akan pernah kembali, tetapi Billa memberitahukan kepadaku bahwa ini bukan jiwa, tapi energi yang masih tertinggal didalam rumahku, dia menjelaskan ada perbedaan, tapi aku tidak mengerti sepenuhnya.

            “Kalau bunda tidak percaya, telfon HP kakek, apakah diangkat?” Billa memberikan HP papa kepadaku saat itu, aku benar-benar tidak percaya ini akan terjadi. Tapi aku lakukan demi menenangkan hati Billa. Aku memencet nomor papa sesuai arahan Billa dan kedua HP ada di depan mata kami, lalu HP papa dijauhkan sedikit dari jangkauanku, aku menelfonnya. Dan benar HP itu diangkat, aku melihat seperti bayangan tapi bukan bayangan hitam melainkan transparan, hampir tidak terlihat. Aku langsung menyebut nama Tuhan tidak berhenti.

            “Astaghfirullah, apa yang terjadi Billa? Billa… ini kenapa?” aku kaget tidak karuan, Billa langsung memelukku dan memegang pundakku, dia mencoba menenangkan aku yang sibuk dengan menunjuk kearah banyangan tersebut. Aku melihat anakku yang berusia 2 tahun perlahan berdiri dari tempat tidur dan melihat kearah bayangan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun