Mohon tunggu...
Nada Heppy
Nada Heppy Mohon Tunggu... Penulis - Meaningful Muslimah

Mencari kesederhanaan dalam hidup. Menulis sebagai sarana berbagi

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bangkit dari Depresi: Kisah Kelam Dua Natrium

25 Juni 2021   16:39 Diperbarui: 25 Juni 2021   16:49 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dua gadis yang mengalami depresi (Sumber: themighty.com)

Dari sinilah terdapat persamaan hal yang mereka lakukan tanpa sepengetahuan orang lain. Mereka mulai menyalahkan diri mereka sendiri, merasa tidak ada yang ingin berteman dengannya, menganggap dunia sangat kejam, hingga selalu menyakiti diri sendiri.

Dari apa yang pernah aku baca, tujuan dari menyakiti diri sendiri ini adalah sebagai pengalihan agar fisik saja yang tersakiti, jangan jiwanya. Karena memang sangat-sangat sakit. Tak dapat dilepas, diobati, dan diredakan saat itu juga. Bahkan, sayatan yang dilakukan tersebut tidak mendapatkan rasa sakit apapun.

Hanya air mata yang terus mengalir.

Hari demi hari, sekarang Natrium 1 telah menginjak kelas 11. Terdapt hari dimana ia tidak masuk sekolah, dan tanpa sepengetahuan orang tua dan temannya, ia perki ke psikolog sendirian. Dari terapi yang ia jalani, ia menjadi memiliki kebiasaan baru yaitu membuat bintang dari kertas sebagai pengalihan saat ingin menyakiti diri sendiri. Ia selalu merasa benar-benar sendiri, tanpa bisa mengatakan apapun. Selalu tertutup.

Seorang guru menyadari terdapat aura berbeda dan wajah yang selalu lesu dari dirinya. Hingga pada suatu hari guru itupun mengajaknya berbicara dan mencoba menyadarkannya bahwa di dunia ini kita tidak hidup sendiri. Terdapat teman-teman yang secara tidak langsung memberi perhatian kepada kita, terdapat orang tua yang harus dibanggakan, keterhubungan kita dengan manusia juga penting, bukan hanya keterhubungan dengan Sang Pencipta.

Dari perbincangan yang panjang tersebut, Natrium 1 menyadari bahwa mungkin dirinyalah yang salah karena telah menjadi seseorang yang apatis, selalu hidup dalam dunianya sendiri. Lalu Ia mencoba untuk mulai berbaur dengan temannya kembali dan menjalani aktivitas biasa setiap harinya. Walau di sisi lain ia harus menderita, malam yang gelap menjadi semakin gelap, dan tak ada satupun yang tahu.

Namun dari kejadian ini membuatnya memiliki sahabat. Teman yang selalu ada di kala butuh, dan pundak yang selalu sedia untuk menampung air mata dan perkataan akan pedihnya kehidupan.

Natrium 2 masih di tempatnya. Berbagai terapi telah dijalani dengan didampingi orang tuanya. Berbagai obat dari psikiater telah di minumnya dengan maksud mengendalikan emosinya.

Hingga ketika menginjak di kelas 11, Natrium 2 memiliki sebuah penyakit baru yaitu skizofrenia, dimana ia merasa selalu ada suara-suara yang terdengar di telinganya yang membuat pikirannya kacau. Berbeda dari Natrium 1, Ia menampakkan segalanya di depan, yang membuat semua orang menghindarinya dan inilah yang menjadi penyebab utama pem-bully-an itu muncul.

Di dalam kelas ia selalu sendiri, hanya ponsel yang menemani. Penjelasan guru di depan dirasa tidak berarti, apatis adalah pilihannya untuk tidak terlalu terbebani. Terkadang, pemicunya kambuh dan membuat ia perlu untuk menyayat tangannya di kamar mandi. Suatu hari ini membuat kehebohan dan dibawa ke dalam ruang BK. Tangisan yang histeris tak terelakkan. Para murid hanya mempertanyakan apa yang terjadi dan menganggapnya gila.

Untunglah ada salah satu guru yang memahami kondisinya dan selalu memberi perhatian padanya. Hari demi hari, ia membaik dan dapat pergi ke sekolah setelah beberapa minggu melakukan absen. Ia merasa bahwa satu orang yang benar-benar memberi perhatian yang tulus sangatlah berharga untuk membangun semangatnya lagi dalam menghadapi dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun