Mohon tunggu...
Nabila TrianaPutri
Nabila TrianaPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Bismillah lancar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengenal Fenomena Burnout pada Kehidupan Mahasiswa

20 Mei 2021   16:19 Diperbarui: 20 Mei 2021   20:22 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kehidupan perkuliahan seringkali diidentikkan dengan kesibukan yang ada, baik itu kesibukan di lingkungan kampus maupun diluar kampus. Karena kesibukan tersebut, mahasiswa dituntut untuk pintar dalam mengatur waktu sebaik mungkin. Namun seringkali, kesibukan ini membuat mahasiswa merasakan kelelahan dan kejenuhan.

Kondisi ini diperparah dengan situasi pandemi covid yang mengharuskan kita untuk tetap berada di dalam rumah. Dengan adanya pandemi ini, mahasiswa juga tidak bisa berjalan-jalan santai di luar rumah untuk sekedar merefresh pikiran dari tugas kuliah yang menumpuk, sehingga menyebabkan mahasiswa merasakan stress dan kejenuhan yang luar biasa yang kemudian akan berakibat pada munculnya emosi negatif.

Burnout


Jika mahasiswa tidak bisa mengatasi kondisi tersebut, mereka bisa saja akan mengalami situasi burnout. Burnout merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi dimana seseorang mengalami stress yang berat akibat pekerjaan yang sedang dikerjakannya. Menurut Schaufeli, dkk (2002) menyatakan bahwa burnout pada mahasiswa mengacu pada perasaan kelelahan akibat dari tuntutan akademik, munculnya sikap sinis terhadap tugas perkuliahan, dan munculnya perasaan tidak kompeten dan acuh sebagai mahasiswa. Kondisi ini tidak bisa dibiarkan secara terus-menerus karena akan mempengaruhi kondisi fisik dan emosional seseorang.

Burnout dipicu akibat dari stress yang tidak kunjung teratasi sehingga menyebabkan kehilangan semangat, penurunan performa dalam belajar, bahkan menurunnya keinginan untuk berinteraksi atau bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya, sehingga berujung pada kondisi dimana seseorang akan menarik diri dari lingkungan. Terdapat tiga aspek dalam burnout yaitu kelelahan emosi, depersonalisasi, dan rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri.

Kelelahan emosi pada mahasiswa ditandai dengan rasa lelah dan tidak bersemangat dalam mengerjakan tugas. Saat mengalami burnout, kondisi emosi seseorang menjadi tidak stabil, seperti mudah marah, putus asa, dan sinis. Kelelahan emosi tersebut mengakibatkan terkurasnya sumber emosi seseorang yang kemudian akan mengganggu kondisi mentalnya bahkan kesehatan fisiknya.

Mekanisme Terjadinya Emosi


Otak merupakan pusat kendali atas seluruh tubuh kita. Ketika emosi, otak mengirimkan informasi ke thalamus yang terletak di bagian tengah otak, kemudian akan diteruskan ke amygdala. Amygdala berbentuk seperti kacang almond yang bertugas sebagai pusat pengendali emosi yang terletak di otak bagian kanan dan kiri yang sejajar dengan telinga. Ketika informasi telah diterima oleh otak dan diolah, informasi tersebut akan diteruskan kembali ke saraf tepi untuk menghasilkan respon berupa gerakan sadar dan gerakan tidak sadar.

Saat kita dalam kondisi marah akibat kelelahan, respon yang diterima dari otak berupa gerakan tidak sadar seperti jantung berdegup kencang dan terjadi perubahan tekanan darah karena pembuluh darah yang berada di kulit akan membesar, sehingga darah banyak berada di permukaan kulit. Oleh sebab itu, ketika dalam kondisi marah, maka wajah kita akan cenderung memerah. Sedangkan contoh dari gerakan tidak sadar yaitu seperti gerakan reflek untuk menghindar dari situasi yang mengancam, seperti berlari saat melihat ular.  

Selain itu, kondisi stress juga akan mempengaruhi kadar hormon kortisol yang bertugas sebagai pengatur kadar gula darah dan menyesuaikan tekanan darah pada tubuh. Hormon kortisol akan memproduksi lebih banyak saat tubuh mengalami stress secara fisik maupun emosional. Jika hormon ini tak terkendali, maka akan meningkatkan tekanan darah serta kadar glukosa darah, yang akan memicu diabetes.

Cara Mengatasi


Kita dapat mengatasi situasi burnout dengan cara sebagai berikut:

  1. Buatlah Skala Prioritas
    Dengan membuat skala prioritas, kita akan mengetahui hal apa yang akan kita kerjakan terlebih dahulu, sehingga energi kita tidak terkuras secara berlebihan.

  2. Membatasi Diri dari Orang yang Negatif
    Orang yang selalu berpikiran negatif akan memperparah situasi dengan tidak memberikan solusi yang akan mempengaruhi emosional kita

  3. Ceritakan Kepada Orang Lain
    Ceritakan permasalah yang dialami kepada orang terdekat dan terpercaya. Dengan menceritakan kepada orang lain, dapat mengurangi stress yang dirasakan

  4. Melakukan Meditasi
    Meditasi dapat membantu untuk merilekskan tubuh dan pikiran kita. Praktek ini dilakukan dengan posisi duduk dengan tenang dan mengatur pernafasan secara perlahan serta teratur selama 15-20 menit. Dengan meditasi, tubuh akan mengeluarkan hormon adrenalin. Hormon adrenalin muncul saat tubuh kita merasakan stress yang kemudian menyebabkan detak jantung, aliran darah, dan tekanan darah meningkat. Meditasi dapat dilakukan pada akhir pekan setelah mahasiswa dihadapkan dengan kesibukan perkuliahan di hari-hari sebelumnya.

  5. Olahraga Secara Rutin
    Terdapat penelitian yang dilakukan oleh pakar kesehatan dari University of California, Alison Woolery, mengatakan bahwa 13 dari 28 orang yang diteliti telah mengalami penurunan depresi secara signifikan akibat dari olahraga yang rutin. Beberapa gerakan yoga dapat menambah produksi hormon serotonin, yang dikenal sebagai hormon pencipta rasa bahagia. Setelah berolahraga, otot akan melakukan relaksasi secara alami, terutama pada bagian bahu dan leher. Kedua bagian tubuh ini sering terasa kaku karena mahasiswa harus menatap layar laptop selama berjam-jam.

  6. Tidur yang Cukup
    Salah satu permasalahan yang dialami mahasiswa yaitu begadang karena harus mengerjakan tugas. Kurangnya jam tidur akan menyebabkan kita menjadi cepat marah, sulit berkonsentrasi, dan stress. Mahasiswa dapat mengatasinya dengan cara tidak menunda mengerjakan tugas. Dengan tidur yang cukup, tubuh kita akan terasa bugar, sehingga dapat menjalani aktivitas dengan maksimal dan dapat menerima materi perkuliahan dengan baik.

Dalam pandangan islam, kita telah diajarkan bahwa jika kita merasakan kelelahan, maka kita dianjurkan untuk istirahat. Seperti yang telah tercantum pada surat An-Naba ayat 9, yang berbunyi:

وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا

dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat,"

Kita memang dianjurkan untuk beristirahat jika sudah merasa kelelahan. Jika terus memaksakan diri untuk melanjutkan aktivitas yang ada, padahal fisik kita sudah lelah, maka akan berdampak pada kondisi emosional kita yang nantinya akan mengalami situasi burnout. Jika kondisi burnout terus-menerus terjadi, maka akan berdampak parah sehingga mengarah pada kondisi depresi.


Daftar Pustaka

Alifandi, Yanuar. 2016. Kelelahan Emosi (Emotional Exhaustion) Pada Mahasiswa Yang Bekerja Paruh Waktu. Skripsi tidak Diterbitkan. Semarang: Universitas Negeri Semarang

Al-Qur’an dan Terjemahannya. 2021. Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia.

Arlinkasari, Fitri & Akmal, Sari Zakiah. 2017. Hubungan antara School Engagement, Academic Self-Efficacy, dan Academic Burnout pada Mahasiswa. Humanitas, (Online), 1 (2): 81-102, diakses 17 Mei 2021.

Carlson, Neil R. 2015. Fisiologi Perilaku (Novietha I. Sallama, Ed.). Jakarta: Erlangga.


Nareza, Meva. 2020. “Ciri-Ciri Burnout dan Cara Mengatasinya”, (Online), diakses 14 Mei 2021.

Putri, Anggia. 2012. Pengaruh Kelelahan Emosional Terhadap Perilaku Belajar pada Mahasiswa yang Bekerja, (Online), diakses 11 Mei 2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun