Secangkir kopi panas sudah mulai dingin. Sudah dua jam perempuan ber-heels hitam duduk di cafe bernuasa autentik ini. Di temani dengan hujan yang tak kian berhenti, sekarang masih menyisakan rintik-rintik kecil di luar sana.
Indahnya kota Edinburgh membuat siapa saja yang singgah di kota ini akan nyaman lama berada disini. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30, ia buru-buru memasukkan barang-barang yang ada di meja dengan tak lupa menghabiskan sisa kopi yang sudah dingin itu. berjalan dengan cepat dan saat sudah sampai pintu keluar, tak lupa ia membuka payung yang sudah ia simpan di depan pintu cafe tersebut.
Gerimis kecil di Victoria Street, dimana orang-orang menyebutnya kota ini adalah kota tua dengan banyak tempat-tempat untik dan cantik, perempuan dengan payung putih dan berjalan memakai heels nya yang berjalan dengan mengejar waktu.Â
Menunggu lampu merah dengan melirik waktu yang kian terus berjalan, tiba-tiba saja.
"Hey!!"
Seseorang menepuk pundak nya. Melirik dengan cepat ke arah sisinya, terlihat lelaki dengan pakaian Coat berwarna coklatnya dan sepatu Pantofel hitamnya. Lalu ia melepaskan earphone yang digunakannya.
"Buku mu tertinggal di cafe, dari tadi aku panggil ternyata kamu pake earphone"
Senyum indah dari lelaki tinggi, perparas putih dan mata berwarna hitam dengan lesung di kanan-kiri pipinya.
"ahh,,, iyaa terimakasih. maaf sudah merepotkan"Â
"tidak apa" ucapnya dengan senyum manisnya.
"tapi kamuu... jadi kehujanan" ia langsung memberikan payung yang digunakan nya kepada lelaki tersebut.
"tidak apa-apa untuk mu saja, saya sudah terbiasa" lagi-lagi senyum nya terbit hingga lesung pipinya terlihat.
lampu merah berubah menjadi hijau.
"silahkan, sudah hijau" ucap lelaki itu.
"ahh terimakasih..."
"Orion"
"terimakasih sekali lagi Orion, saya Seren"
"Baik, see u Seren" ucap Orion, lalu ia pamit berjalan terlebih dahulu ke arah yang berlawanan dengan Seren.
Seren melihat buku yang sudah Orion temukan. Seren benar-benar lupa, itu buku berharganya, banyak cerita yang ia luapkan di buku itu. Seren melihat ke arah jam, waktu menunjukkan 17.45. Seren berjalan kembali dengan cepat, ia sudah telat untuk bertemu dengan seseorang.
Waktu menunjukkan pukul 17.55, Saren memasuki sebuah butik.Â
"Rayen. sorry gue telat, gue bener-bener lupa waktu saat di cafe tadi"
"it's okey Seren, orangnya juga belum datang kok"
Seren adalah seorang desainer muda yang membuat baju-baju pernikahan. Hari ini ada seorang klien yang sudah memesan salah satu baju pernikahan mereka, tetapi ternyata ada pertemuan mendadak yang ingin di bahas oleh klien tersebut.
Kringgg
lonceng dari pintu masuk berbunyi, seorang lelaki masuk kedalam toko butik milik teman Seren.
Senyum yang Seren masih ingat jelas, wangi strong dan fresh yang masih Seren tau karena wangi ini baru beberapa menit yang lalu Seren rasakan wanginya.
Orion, Dia Orion pemilik senyum yang kedua pipi nya itu memiliki lesung di kanan-kiri nya, lelaki yang memberikan buku yang Seren tinggalkan di cafe tadi. Terlihat cukup basah karena Seren tau lelaki itu tadi kehujanan. Tapi, kalau Orion yang memasuki butik ini, berarti dia klien yang akan di temui oleh Seren.
"Hallo mr. Orion" Sapa Rayen.
"Hallo ms. Rayen, maaf saya telat, tadi ada urusan terlebih dahulu"
"it's okey, teman saya juga baru sampai mr. Orion"
"panggil Orion saja" ucap Orion sambil tersenyum dan matanya melirik ke arah Seren.
"um... okey Orion. ini teman saya namanya Seren, dia yang membuat desain baju pernikahan mu" Rayen memperkenalkan Seren kepada Orion.
"Salam kenal ms. Seren"Â
lagi, senyum itu lagi yang membuat Seren terpana. tetapi Seren segera sadar bahwa Orion ini adalah klien nya, seseorang yang akan segera menikah. Ah, dan ternyata lelaki ini bisa menggunakan bahasa Indonesia.
"Salam kenal mr. Orion" ucap Seren.
"Sebenarnya saya kesini ada maksud lain ms. Rayen, saya benar-benar minta maaf sepertinya untuk pernikahan saya akan di batalkan, tetapi tak usah khawatir ms. Rayen dan ms. Seren. Untuk gaun pernikahan saya, saya akan tetap bayar lunas. Tetapi maaf saya tidak bisa memakai nya"Â
Rayen maupun Seren terkejut dengan pernyataan Orion. Rayen pernah bilang bahwa pasangan yang akan memakai desain yang Seren buat ini adalah pasangan yang sangat serasi, pasangan yang sudah lama bersama.Â
"Mr. Orion maaf kalau memang tidak jadi untuk menikah, tidak apa bayar sampai dp nya saja" Ucap Seren.
"saya tidak enak ms. Seren, tidak apa ini bentuk pertanggung jawaban saya. mungkin itu saja ms. Rayen. untuk pembayaran mungkin saya transfer seperti calon pasangan saya membayar dp kemarin. Terimakasih atas pengertiannya"Â
Orion langsung saja pergi keluar dari butik milik Rayen.
Seren masih termenung, atas apa yang terjadi tadi.
"Seren... Serenn!!!"
"hah kenapa Rayen"
"kamu tidak apa? kamu tidak apa bahwa gaun mu tidak jadi di sewakan kepada orang lain?"
"oh... um, tidak apa Rayen, mungkin gaun ku bisa saja nanti di pakai oleh ku"
Seren bangun dari duduknya, lalu berlari ke arah luar. Rayen yang mendengar itu sangat bingung.
Orion sudah berjalan cukup jauh dari butik, tetapi Seren masih saja mencari jejak dari Orion.
tak jauh dari cafe The Milkman, Seren melihat Orion yang berjalan dengan tangan yang di masukan ke dua saku jaketnya. Seren mendekat dan menepuk pundak Orion.
"Orion!"
"oh, hai ms. Seren. ada apa?" ucap Orion kebingungan.
"Orionn, sorry.... untuk soal gaun pernikahan mu"
"iya ada masalah dengan itu ms. Seren?"
"ahh... tidak Orion tidak, hanya saja"
Orion kebingungan dan Seren masih saja tidak mengucapkan satu kata sekalipun.
"ms. Seren sepertinya jika tidak ada hal yang mau di bicarakan, saya duluan tidak apa?"
"Orion!!! bagaimana jika kau menikah dengan ku saja" ucap Seren dengan cepat.
Setelah mengucapkan itu Seren malu dan berbalik badan menghindari Orion.
"ms. Seren. ini tak pernah terbayangkan oleh saya, posisi disini saya gagal menikah dan saya baru kenal dengan mu beberapa jam yang lalu"
"ahh,,, maaf Orion bahwa ucapan ku terlalu blak-blakan seperti ini, tapi aku serius"
Orion masih bingung harus merespon Seren seperti apa. Perempuan yang iya temui di cafe tadi, dengan fokusnya terhadap buku yang ia temukan, senyum tipis yang selalu Seren tampilkan saat meresa puas menulis di buku kecilnya. Rambut coklat panjang yang menghalangi Seren saat menulis bukunya dengan wangi khas bunga Daisy yang menempel pada tubuhnya.
"Orion kalau tidak mau menjawab tidak apa, saya pamit" Seren memberi senyum tipis nya lalu berbalik badan berjalan menjauh dari Orion.
Seren benar-benar merasa bodoh. Benar seperti kata Orion tadi, mereka baru kenal beberapa jam yang lalu, bahkan Orion sendiri baru saja ingin membatalkan pernikahannya.
"kau bodoh Seren" Seren menggerutu pada dirinya.
"Serenn!!!"
Itu suara Orion. Orion memanggil.
Seren membalikan badan nya, dan benar itu memang Orion.
Orion di hadapanya, dengan nafas yang tersengal-sengal. Ia kembali menampilkan senyum manisnya itu.
"Seren, kau tau aku baru saja membatalkan pernikahan bukan?" Pertanyaan itu kembali di lontarkan oleh Orion.
Seren mengangguk, meng-iyakan.
"Kau mau menunggu ku sebentar saja Seren? berikan aku kesempatan sebentar saja untuk menghilangkan semua rasa dari masalaluku?"
Seren diam membeku. Apakah ini mimpi atau bagaimana?
"Akan ku pastikan tidak akan lama Seren, mau menunggu ku sebentar saja ms. Seren?"
Seren ternyata sadar, bahwa yang di hadapannya itu adalah Orion, orang yang berbicara di hadapannya benar-benar Orion.
Seren tersenyum lebar, ia mengangguk penuh semangat.
"pasti Orion, aku akan menunggumu"
Orion tersenyum. senyum yang sangat Seren suka itu hadir untuk nya.
"Terimakasih Seren. ah... untuk buku mu, bagus sekali Seren puisinya. Saya suka dengan puisi yang kamu buat"
Setelah mengucapkan itu Orion pergi meninggalkan Seren yang masih mematung mendengar ucapan dari Orion.
Seren kembali kedalam butik milik Rayen, ia masih bingung dengan situasi yang ada pada dirinya. Ia teringat apa yang di ucapkan oleh Orion tadi, segera ia buka buku yang di temukan oleh Orion. Puisi yang baru saja Seren buat saat di cafe sore tadi.
di halaman belakanya tertulis.
'puisi mu sangat indah, saya suka' - oriongamaraska@gmail.com
'siapa tau kamu mau mengirimkan puisi lainnya pada ku'
Cinta memang hadir tak pasti. Nyatanya bagi Seren, seseorang yang tak ia kenal sekalipun bisa menjadi seseorang yang bisa ia miliki. Seren tidak akan memaksa seseorang untuk menjadi miliknya, ia akan menunggu karna jika di paksa terlebih seseorang itu masih menyimpan rasa pada masalalu nya, semua tidak akan berjalan baik bagi mereka.
Orion yang ikhlas untuk berakhirnya suatu hubungan yang akan ia jalankan dalam keseriusan. Ternyata Tuhan memberikan suatu hal yang lebih baik untuk nya, perempuan yang mau menerima saat ia bahkan baru saja detik itu menyelesaikan semua dengan cinta sebelumnya. Dan Orion pada saat itu sama seperti Seren, jatuh cinta dan ia pastikan ini untuk terakhir kalinya dan untuk selamanya.Â
Cinta memang tidak bisa kita tebak alurnya, tetapi jika kita percaya satu sama lain dengan seseorang yang kita kagumi, semua akan berakhir baik-baik saja. Mau di terima ataupun tidak, setidaknya setelah kita ungkapkan semua akan lega pada akhirnya. Seperti Seren yang mengagumi Rasi Bintang nya, sang Orionnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI