Mohon tunggu...
nabila anggun
nabila anggun Mohon Tunggu... .

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Ki Jayadipa dalam membangun Desa Japan

20 Mei 2025   10:06 Diperbarui: 29 Mei 2025   12:51 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai sebuah negara yang luas, Indonesia tentu memiliki banyak sekali desa. Dari sekian banyaknya desa tersebut, ada beberapa desa yang namanya unik. Salah satu nama desa yang terdengar unik adalah Japan. Desa Japan terletak di Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo. Ketika pertama kali mendengar nama desa ini sebagian dari kita akan langsung memikirkan negara Jepang. Hal ini karena Japan adalah nama negara Jepang dalam bahasa Inggris. 

Desa Japan merupakan desa yang berada di ketinggian 158 mdpl ini, memiliki jumlah penduduk sekitar 3.227 jiwa. Secara keseluruhan, desa ini memiliki luas sekitar 283 Ha. Jarak antara Desa Japan ke pusat kecamatan adalah 8 km dan dapat ditempuh dalam waktu 12 menit. Sarana dan prasarana yang ada di desa ini diantaranya 17 sarana peribadatan, satu lapangan olahraga, 5 fasilitas kesehatan, 2 SD dan 2 SMP. 

Asal usul nama Desa ini tidak dapat dipisahkan dari adanya tokoh sejarah bernama Ki Jayadipa. Ki Jayadipa adalah salah satu abdi setia Raja Majapahit, Brawijaya V. Ia meninggalkan Kerajaan Majapahit menjelang keruntuhannya. Ia ditugaskan untuk membawa pusaka untuk diserahkan kepada Bathara Katong, penguasa Ponorogo. Ketika meninggal, tempat ia dimakamkan kemudian dinamakan Japan. Japan berasal dari kata Jayadipa yang mendapat sufiks-an sehingga menjadi Jayadipaan, kemudian mengalami proses abreviasi (pemerdekaan) menjadi Japan. 

Ki Jayadipa merupakan seorang abdi setia Prabu Brawijaya V dari Majapahit bersama saudaranya Ki Jayadrana. Mereka memiliki tugas untuk menjaga 3 pusaka dari Kerajaan Majapahit yaitu Payung Tunggal Wulung, Tombak Tunggul Naga, dan Sabuk Cindhe Puspito. Payung Tunggal Wulung memiliki arti dapat memayungi atau melindungi, Tombak Tunggul Naga memiliki arti mengamankan, dan Sabuk Cindhe Puspito memiliki arti mengikat permasalahan atau konflik yang ada. Ketiga pusaka ini dijadikan sebagai simbol Kabupaten Ponorogo dan sekarang dapat dilihat pada Kirab Pusaka Ponorogo. Nilai luhur yang dapat diambil dari ketiga pusaka tersebut adalah Payung Tunggal Wulung bernilai mengayomi, Tombak Tunggul Naga yang bernilai tanggung jawab dan Sabuk Cindhe Puspito bernilai pemersatu umat manusia. 

Ki Jayadipa dan Ki Jayadrana diberi tugas lain oleh Prabu Brawijaya V  untuk mencari wilayah yang dapat ditempati dan memiliki wilayah yang subur. Ki Jayadipa dan Ki Jayadrana meninggalkan kerajaan dan berjalan menuju arah barat yang batasnya sebelah barat Gunung Lawu dan sebelah timur Gunung Wilis. Mereka akhirnya sampai di wilayah Wengker (sekarang Ponorogo) yang sudah ditempati oleh orang-orang yang beragama Islam atau ulama-ulama. Ki Jayadipa dan Ki Jayadrana mencari wilayah yang subur untuk ditanami dan memiliki sumber air yang cukup untuk menghidupi atau sebagai penghidupan. Mereka bersama prajurit menyebar dan memberi tugas untuk mencari sumber mata air dijadikan Desa yaitu Japan. Ki Jayadipa dan  Ki Jayadrana juga menemukan sebuah gua yang bernama Gua Sigolo-golo. Gua Sigolo-golo adalah gua di belakang MTsN 2 Ponorogo sebagai pohon Asem. Di daerah dekat gua memiliki gundukan 7 atau gunung Tujuh, gunung Gawe sebelah utara gua dan gunung-gunung sebelah Selatan. 

Ki Jayadipa dan Ki Jayadrana bertapa untuk berserah diri ke Sang Maha Kuasa. Gua Sigolo-golo dijadikan tempat untuk bertapa Ki Jayadipa, sedangkan Ki Jayadrana bertapa di Gua Bedhalisodo (sekarang desa Tajuk). Setelahnya Raden Bathara Katong menjadikan jiwa Ki Jayadrana sebagai penunggu jembatan di Ponorogo, yaitu di Ketekan, Grenteng, Sekayu, dan Mlilir. Adapun beberapa mengatakan sebagai penjaga pintu masuk Ponorogo. Ki Jayadipa menjadi cikal-bakal atau kupundan atau danyang Desa Japan. Ki Jayadipa meninggal dan dimakamkan di desa Japan tepatnya di sebelah barat MTsN 2 Ponorogo. Beberapa orang yang memiliki indra keenam mengatakan makan Ki Jayadipa ini ada roh yang menjaganya seperti ular dan harimau. Tetapi hal tersebut juga ada yang membantah ular dan harimau itu hanya desain pendopo makam. 

Makam Ki Jayadipa
Makam Ki Jayadipa

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun