Mohon tunggu...
Najib Abdillah
Najib Abdillah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Berharap tersesat di lingkaran ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bedakan Minder dengan Inferiority Complex

12 Agustus 2011   04:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:52 6843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejatinya semua orang memiliki kekurangan. Hanya letaknya saja yang berbeda-beda. Oleh karena itu manusia diciptakan untuk saling mengisi dan berbagi. Begitulah kenyataannya.

Dengan begitu derajat manusia itu sama. Sebab berasal dari sumber yang sama. Yang membedakannya ialah akal budi dan moral yang dimilikinya. Selain itu tidak. Lalu, mengapa masih ada rasa minder pada diri seseorang?

Rasa minder, tidak percaya diri, rendah diri, atau apapun namanya memang sering kita alami. Sebagai manusia normal, tiap individu pasti pernah merasakannya. Walau hanya sekejap saja. Kenapa? Sebab tingkat kepercayaan diri seseorang memang fluktuatif sifatnya. Kadang tinggi kadang rendah. Tergantung mood-nya.

Sebagian besar rasa minder disebabkan oleh hal-hal yang berhubungan dengan fisik atau materi. Bentuk tubuh, raut wajah, warna kulit, cacat fisik, dsb. Juga karena jumlah materi yang ia punyai. Sedikit sekali yang disebabkan oleh rendahnya kualitas diri. Tingkat intelektual, misalnya.

Sebenarnya gejala minder tidak perlu terapi khusus. Asalkan ia berupa gejala biasa yang lekas hilang. Menjadi berbahaya jika ia sudah menjadi cara pikir. Akhirnya melekat menjadi kepribadian seseorang. Inilah yang disebut dengan inferiority complex. Maka, bedakan pengertian antar-keduanya.

Pengertian sederhana inferiority complex ialah sebuah rasa rendah diri yang timbul akibat konflik dalam diri seseorang. Sebuah konflik yang terjadi antara keinginan untuk diperhatikan dan rasa takut untuk dipermalukan. Sehingga setiap kegiatan yang ingin dilakukan selalu dibatasi oleh kedua hal itu.

Sebagai contoh, seorang yang ditunjuk memberikan pidato dalam sebuah acara, tidak berani maju. Ia bukan tanpa persiapan. Teks pidato sudah dibuatnya. Akan tetapi, ia selalu berpikir apakah pidatonya nanti akan ditertawai atau tidak. Di sisi lain, ia juga ingin menunjukkan (show off) bahwa dirinya adalah orator handal.  

Perbedaan paling mendasar antara minder yang biasa dengan inferiority complex adalah dari segi cara orang itu bertindak. Orang yang memiliki rasa minder yang normal justru menjadikan mindernya itu menjadi pemacu untuk menjadi lebih baik. Bersifat konstruktif. Orang yang mengidap inferiority complex semakin membenamkan dirinya ke dalam keputusasaan. Malah jauh lebih mundur dari keadaan semula. Sangat destruktif.

Jadi, perasaan minder adalah hal yang wajar. Selama ia tidak berubah menjadi persepsi dan menetap di dalam alam bawah sadar seseorang. Tuhan menciptakan rasa ini agar manusia mau mengevaluasi diri. Membuat daftar kelemahan-kelemahan dan berusaha untuk mengubahnya. Bukan sebaliknya, membuat kita semakin tertekan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun