Mohon tunggu...
Sigith Prabowo
Sigith Prabowo Mohon Tunggu... -

i'm the master of my fate, and i'm the captain of my life [Nelson Mandela]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dimarahin Setan?? (BalChen)

2 April 2011   05:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:12 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

" wis....wis...sak iki nggolek dalan mulih. kan dah ada senternya tuh.." sigit menengahi pertikaian malam itu di tengah pekuburan.

tiba-tiba saat akan mencapai jalan desa, hendra melihat sesuatu yang bercahaya dan berjalan!!! seperti api yang terbang. semakin lama semakin mendekati mereka. serta merta hendra berteriak dan diikuti jeni,

"ada syaitonnirrojiiimmm!!! eh, salah....syaiton apiiiiii...!!!" Hendra berteriak mengagetkan semuanya

"geni ne mabur mlayu nang suket ijo....eh, geni ne mabur dewe!!!" jeni ikutan salah ngomong gara-gara Hendra yang langsung memeluk hendra dan ndodok di tengah jalan sambil komat kamit sendiri.

pandawa lainnya serta unyil dan pariyem sempat bengong melihat reaksi hendra dan jeni, tetapi sesaat kemudian mereka pun lari bersama-sama.

"SETAN APIIIIIII............!!!! Tuluuuuuuuuungggggg!!!!" teriak mereka semua bersamaan sambil berlarian


sementara si "setan api" yang dimaksud malah celingak celinguk bingung. antara takut dan bingung. setelah di pikir-pikir lagi, akhirnya barulah si "setan api" sadar kalau yang dibilang "setan api" adalah dirinya, si penjual nasi goreng keliling. karena di gerobaknya menggunakan lampu semprong yang sudah redup nyala nya.

setelah sadar, akhirnya si penjual nasi goreng bales meneriaki para pandawa, unyil dan pariyem,

"dasar kampret!!!! anak-anak gak sopan!!! orang jualan dibilang setan!!!" teriak si penjual

"wah, setane iso ngamuk lan misuh jebule..ampuh tenan setan sak iki" celetuk gugun sambil tersu berlari menuju desa yang sudah tampak di ujung jalan

Baca Kisah Lainnya di Balada Chentingsari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun