Moralitas dalam Pemikiran Immanuel Kant
Moralitas berasal dari kewajiban yang harus dilakukan tanpa terkecuali, terlepas dari keinginan atau hasilnya. Kant mengemukakan konsep imperatif kategoris, yang berarti perintah moral yang tidak tergantung pada keinginan atau tujuan pribadi. Misalnya, "Berbuat baiklah kepada orang lain, karena itu adalah kewajiban moral yang harus dilakukan, tanpa memikirkan apa yang akan didapatkan."
Contoh lain, kamu menemukan dompet di jalan. Menurut Kant, tindakan mengembalikan dompet tersebut adalah kewajiban moral karena itu adalah perintah dari hukum moral universal, yang mengharuskan kita berbuat baik tanpa memperhatikan hasil atau tujuan. Dalam pandangan Kant, kamu mengembalikan dompet karena itu adalah kewajiban, bukan karena kamu merasa nilai kejujuran penting.
Singkatnya, dalam pandangan Kant, kita bertindak secara moral karena ada kewajiban yang harus dilakukan, bukan karena kita merasa ada nilai tertentu dalam tindakan tersebut.
Biografi Max Scheler
Max Scheler lahir di Mnchen, Jerman Selatan, pada 22 Agustus 1874. Ia tumbuh dalam keluarga campuran, di mana ayahnya seorang Protestan, sementara ibunya berdarah Yahudi. Awalnya, ia tertarik pada dunia ilmu alam dan kedokteran. Ia pun masuk ke Universitas Mnchen dan sempat belajar di bidang itu. Tapi seiring waktu, ketertarikannya mulai bergeser. Bukan ke laboratorium atau dunia medis, melainkan ke dunia ide. Akhirnya, ia memutuskan pindah jurusan dan melanjutkan pendidikan filsafat di Universitas Jena. Di sana, ia belajar di bawah bimbingan Rudolf Eucken, seorang filsuf idealis yang juga memenangkan Nobel Sastra. Ia juga banyak terpengaruh oleh Edmund Husserl, meskipun kemudian mengambil jalan berbeda dalam pengembangan fenomenologi dan lebih berfokus pada nilai dan emosi, bukan sekadar kesadaran murni.
Teori Etika Nilai Scheler
Etika nilai adalah pandangan moral yang menempatkan nilai sebagai pusat moralitas, bukan kewajiban. Jadi nilai itu datang lebih dulu, baru kewajiban muncul sebagai pengakuan terhadap nilai tersebut. Manusia sendiri, menurut Scheler, secara alami tertarik pada hal-hal yang bernilai tanpa perlu disuruh atau dipaksa. Bagi Scheler, inti dari tindakan bermoral bukan soal menaati perintah atau kewajiban, tapi soal sejauh mana tindakan itu mewujudkan nilai. Artinya, sebuah tindakan disebut bermoral bukan karena harus dilakukan", tapi karena ia mengandung nilai yang baik, seperti kejujuran, cinta, atau keadilan.
Contoh: Bayangkan ada dua orang menemukan dompet jatuh.
- Â Orang A mengembalikan dompet karena merasa itu kewajiban, ada aturan atau norma yang harus dipatuhi.
- Â Orang B mengembalikan dompet karena merasa kejujuran itu bernilai dan dia menghargai nilai kejujuran.
Dalam penilaian Scheler, orang B lebih bermoral karena bertindak dari kesadaran akan nilai, bukan karena disuruh atau diwajibkan. Kamu merasa bahwa tindakan mengembalikan dompet adalah tindakan yang bernilai, dan karena itu kamu tertarik untuk melakukannya. Di sini, tindakanmu dipandu oleh penghargaan terhadap nilai (kejujuran), bukan oleh kewajiban moral yang harus dipatuhi.
Kritik Scheler terhadap Formalisme Kant
Kant menolak dari anggapan bahwa kewajiban moral bersifat mutlak, artinya tidak dapat ditawar-tawar. Moralitas sebuah tindakan tidak mungkin tergantung dari tujuan dan nilai yang mau dicapai, karena tujuan dan nilai selalu bergantung pada situasi dan kondisi, sedangkan situasi dan kondisi selalu berubah-ubah, dan pada akhirnya jadi tidak mutlak. Maka etika Kant berwujud formalisme.