Mohon tunggu...
Mutiara Margaretha Yaletha
Mutiara Margaretha Yaletha Mohon Tunggu... makhluk hidup yang menempati sepetak tanah

be myself and here i am •.• kawasan bebas polusi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Scheler vs Kant: Ketika Nilai Lebih Penting dari Kewajiban

18 Mei 2025   17:37 Diperbarui: 18 Mei 2025   17:37 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi poto Max Scheler (sumber: pinterest)

Moralitas dalam Pemikiran Immanuel Kant

Moralitas berasal dari kewajiban yang harus dilakukan tanpa terkecuali, terlepas dari keinginan atau hasilnya. Kant mengemukakan konsep imperatif kategoris, yang berarti perintah moral yang tidak tergantung pada keinginan atau tujuan pribadi. Misalnya, "Berbuat baiklah kepada orang lain, karena itu adalah kewajiban moral yang harus dilakukan, tanpa memikirkan apa yang akan didapatkan."

Contoh lain, kamu menemukan dompet di jalan. Menurut Kant, tindakan mengembalikan dompet tersebut adalah kewajiban moral karena itu adalah perintah dari hukum moral universal, yang mengharuskan kita berbuat baik tanpa memperhatikan hasil atau tujuan. Dalam pandangan Kant, kamu mengembalikan dompet karena itu adalah kewajiban, bukan karena kamu merasa nilai kejujuran penting.

Ilustrasi poto Immanuel Kant (sumber: pinterest)
Ilustrasi poto Immanuel Kant (sumber: pinterest)

Singkatnya, dalam pandangan Kant, kita bertindak secara moral karena ada kewajiban yang harus dilakukan, bukan karena kita merasa ada nilai tertentu dalam tindakan tersebut.

Biografi Max Scheler

Ilustrasi poto Max Scheler (sumber: pinterest)
Ilustrasi poto Max Scheler (sumber: pinterest)

Max Scheler lahir di Mnchen, Jerman Selatan, pada 22 Agustus 1874. Ia tumbuh dalam keluarga campuran, di mana ayahnya seorang Protestan, sementara ibunya berdarah Yahudi. Awalnya, ia tertarik pada dunia ilmu alam dan kedokteran. Ia pun masuk ke Universitas Mnchen dan sempat belajar di bidang itu. Tapi seiring waktu, ketertarikannya mulai bergeser. Bukan ke laboratorium atau dunia medis, melainkan ke dunia ide. Akhirnya, ia memutuskan pindah jurusan dan melanjutkan pendidikan filsafat di Universitas Jena. Di sana, ia belajar di bawah bimbingan Rudolf Eucken, seorang filsuf idealis yang juga memenangkan Nobel Sastra. Ia juga banyak terpengaruh oleh Edmund Husserl, meskipun kemudian mengambil jalan berbeda dalam pengembangan fenomenologi dan lebih berfokus pada nilai dan emosi, bukan sekadar kesadaran murni.

Teori Etika Nilai Scheler

Etika nilai adalah pandangan moral yang menempatkan nilai sebagai pusat moralitas, bukan kewajiban. Jadi nilai itu datang lebih dulu, baru kewajiban muncul sebagai pengakuan terhadap nilai tersebut. Manusia sendiri, menurut Scheler, secara alami tertarik pada hal-hal yang bernilai tanpa perlu disuruh atau dipaksa. Bagi Scheler, inti dari tindakan bermoral bukan soal menaati perintah atau kewajiban, tapi soal sejauh mana tindakan itu mewujudkan nilai. Artinya, sebuah tindakan disebut bermoral bukan karena harus dilakukan", tapi karena ia mengandung nilai yang baik, seperti kejujuran, cinta, atau keadilan.

Contoh: Bayangkan ada dua orang menemukan dompet jatuh.

  •  Orang A mengembalikan dompet karena merasa itu kewajiban, ada aturan atau norma yang harus dipatuhi.
  •  Orang B mengembalikan dompet karena merasa kejujuran itu bernilai dan dia menghargai nilai kejujuran.

Dalam penilaian Scheler, orang B lebih bermoral karena bertindak dari kesadaran akan nilai, bukan karena disuruh atau diwajibkan. Kamu merasa bahwa tindakan mengembalikan dompet adalah tindakan yang bernilai, dan karena itu kamu tertarik untuk melakukannya. Di sini, tindakanmu dipandu oleh penghargaan terhadap nilai (kejujuran), bukan oleh kewajiban moral yang harus dipatuhi.

Kritik Scheler terhadap Formalisme Kant

Kant menolak dari anggapan bahwa kewajiban moral bersifat mutlak, artinya tidak dapat ditawar-tawar. Moralitas sebuah tindakan tidak mungkin tergantung dari tujuan dan nilai yang mau dicapai, karena tujuan dan nilai selalu bergantung pada situasi dan kondisi, sedangkan situasi dan kondisi selalu berubah-ubah, dan pada akhirnya jadi tidak mutlak. Maka etika Kant berwujud formalisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun