"Ibu! Kok, Ibu, dari dalam rumah, tadi, kan ibu ada di si .... " ucap Aurora sambil menoleh ke tempatku berada. Gadis kecil itu tentu tak menemukan apa pun, karena aku telah bersembunyi dari pandangannya.
***
Sejak kejadian itu, keberanianku meningkat. Aku berani mengajak Aurora bermain lebih lama. Terkadang mengajaknya ke tempat yang tersembunyi dari penglihatan ibunya. Rasanya menyenangkan sekali bisa mengajak gadis kecil itu bermain.
"Sayang, kita main petak umpet, ya! Biarkan Ibu yang mencarimu."
"Okey," jawabanya riang membuatku terkekeh senang. Lupa, tawaku terlalu kencang. Hingga menembus batas ruang dan waktu.
"Sini, bersembunyilah dalam pelukanku."
Tanpa menunggu jawaban Aurora, aku memeluk dan menidurkannya dalam buaian mimpinya sendiri.
"Aurora! Di mana kau sayang?" teriak ibunya Aurora. Meskipun aku tahu di mana gadis kecil itu berada. Aku tidak punya niat untuk memberi tahu.
Ibu Aurora, tampak kebingungan mencari anaknya. Aku hanya tersenyum puas menyaksikan, dari sudut ruang tamu milik mereka. Ya, ibunya Aurora adalah wanita cantik berhati gersang yang suka meninggalkan jemurannya di luar hingga malam. Membuatku iseng ingin selalu menggodanya.
Aku bertolak ke duniaku sendiri. Setelah sebelumnya memindahkan Aurora ke tempat yang tak mereka duga.
Seperti halnya mereka, aku pun mempunyai ruang keluarga tempat kami berkumpul. Makanan favorit kami telah tersedia. Sejak keluarga Aurora pindah ke sebelah. Makanan itu mudah kami dapatkan, tentu saja semua itu karena Ibu Aurora yang suka sembarangan. Membuang sesuatu yang berharga di setiap jadwal rutin bulanannya.
Namun, tiba-tiba ruang keluarga bergetar seperti gempa bumi. Ada hawa asing masuk membuka pintu perbatasan antara rumahku dan rumah Aurora.
Suara bariton terdengar mengucap salam, membuat kami sontak melihat ke sumber suara. Hanya dari suara, kami mengetahui itu berasal dari manusia tak biasa. Kami segan dengan iman serta keilmuan lelaki berpeci putih itu.