Tanpa penjelasan apapun, kami sekeluarga mengerti maksud kehadirannya. Apa lagi kalau bukan menyuruh kami pindah atau tidak mengganggu tetangga sebelah.
Seperti yang kami duga, lelaki itu memang meminta kami untuk pindah. Ayah selaku pemimpin kami, melakukan negosiasi alot dengan perwakilan dari tetangga sebelah itu. Namun, akhirnya ia mengijinkan  kami tetap tinggal dengan persyaratan tidak akan menemui mereka lagi. Tentu saja kami pun mengajukan syarat yang serupa, mereka tidak memancing kehadiran kami dengan melakukan sesuatu yang sangat kami sukai. Semakin bersih hati dan kehidupan mereka, kami pun enggan untuk mendekati.
"Hidup berdampingan tetapi masing-masing dalam setiap urusan. Anggap mereka tak ada dan begitu juga sebaliknya."
Kembali ibu mengingatkan tentang peraturan itu, setelah lelaki berpeci putih tadi kembali ke dunia asalnya. Dunia manusia.
Mutia AH
RuJi, 2019