Televisi Rusak dan Ayahku
di ruang tamu rumahku
sunyi
tak ada kegaduhan
dari dua kubu yang berseberangan
adu pandangan
sebuah kebenaran
hanya ada ayah
leyeh-leyeh di bawah kipas angin sambil menikmati kopi
Ia seperti pemburuÂ
kehilangan senapanÂ
tak bersenjata juga kuasa
padahal sehari sebelum ini
Ia sering menembak
mereka yang duduk di kursi-kursi
di kantor-kantor
di jalan-jalan
bahkan di tempat-tempat sakral
"Semua sama, berani bicara saat di bawah panggung. Setelah tiba gilirannya ia menjadi wayang-wayang tanpa hati," teriaknya di akhir acara atau jeda pariwara.
"Penyakit Lupa memang berbahaya. banyak manusia lupa Tuhan-nya," lanjutnya setelah menghisap dalam nikotin dalam rokok lintingan.
Ah, ayah.
Kau pun lupa bahwa suaramu hanya angin lalu
berharga ketika berada di bilik suara
setelahnya hanya tangga yang tak berguna
setelah Lift menggantikan perannya