Mohon tunggu...
Puisi

Biarkan Aku

1 Mei 2016   09:35 Diperbarui: 1 Mei 2016   09:41 2
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Biarkan aku bernafas, ketika batas-batas telah terhempas. Mencapai detik-detik yang telah terlalui. Hinggap pada waktu-waktu yang telah berlalu. Berhenti sejenak pada keadaan lelahku. Hingga kuputuskan kembali untuk menghembuskan udara yang telah ku hirup. Maka biarkanlah aku begitu....

Biarkan aku melihat, ketika waktu subuh telah berlalu. Mentari telah menyapa mataku yang sayu. Burung-burung yang terbang dengan begitu merdu, berkicau seraya mengepakkan sayap-sayapnya. Cahaya yang mengenai kulitku begitu silau sehingga menghabiskan waktu gelapku. Hingga akhirnya ku membuka mata indahku. Maka biarkanlah aku selalu begitu....

Biarkan aku terbangun, ketika telah lama aku terpejam. Bermimpi pada malam-malam yang telah sunyi. Berbaring di atas perayaan dan penghargaan atas semua mimpi. Terperanjat dari tempat aku bersemedi. Hingga telah kucapai semua mimpiku dalam nyata. Maka biarkanlah aku terus begitu....

Biarkan aku melangkahkan kaki, ketika aku telah bosan dengan kata lelah. Menginjak harapan yang telah lama ada di dalam angan. Berlari pada tempat-tempat bersemayamnya mimpi. Menginjak mimpi-mimpi hingga enggan untuk menepi melawan angan-angan dan harapan hingga mereka bosan melawan. Hingga akhirnya aku bosan untuk bernafas. Maka biarkanlah aku menjadi begitu....    

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun