Mohon tunggu...
Muthia D. Santika
Muthia D. Santika Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog

Mengintegrasikan keilmuan psikologi konvensional dengan prinsip Islam untuk memberikan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan unik setiap individu, sehingga mereka dapat menjalani hidup yang lebih sehat, bermakna, bahagia di dunia dan akhirat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Teknik Mengelola Emosi Marah: Apakah Psikologi dan Islam Sejalan?

25 Januari 2023   10:01 Diperbarui: 25 Januari 2023   12:10 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Marah (Pexels/Pixabay)

Dari sahabat Sulaiman bin Surd Ra, beliau menceritakan: 

Suatu hari saya duduk bersama Nabi Saw. Ketika itu ada dua orang yang saling memaki. Salah satunya telah merah wajahnya dan urat lehernya memuncak. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: “Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz: “A’uudzu billahi minas syaithanir rajiim,” marahnya akan hilang.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam menghadapi kondisi yang mengancam/berbahaya maka bagian otak yang otomatis aktif adalah otak bagian emosi. Otak bagian emosi ini akan 'memotong jalur' aktivitas otak bagian logika. Maka wajar reaksi yang dihasilkan adalah reaksi tanpa filter logika. Untuk menghindari hal itu, maka otak bagian logika perlu dibangunkan. 

Dalam psikologi, cara untuk mengaktifkan otak bagian logika adalah dengan melakukan tahapan regulasi emosi kedua setelah menahan reaksi yang muncul yaitu meningkatkan kesadaran akan apa yang dirasakan dengan cara memberi nama emosi tersebut apakah itu emosi marah, sedih, dsb. 

Konsep yang sama telah diajarkan oleh Rasulullah saw dalam hadist di atas, dan bahkan apa yang harus kita ucapkan jauh lebih baik daripada hanya menamakan emosi. 

Hal ini telah dibuktikan secara ilmiah melalui penelitian Lieberman (2007) yang meneliti bahwa encoding (proses penciptaan pesan) dapat menghambat aktivitas amygdala yang bertanggung jawab dalam reaktivitas emosional dan mengaktifkan otak bagian pre frontal yang berfungsi untuk mengendalikan emosi, mengerahkan fokus dan memikirkan konsekuensi dari perbuatan.  

3. Mengubah Posisi Tubuh dan Berwudhu   

Dari Abu Dzar ra., Rasulullah saw. berkata: 

“Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)

Dalam psikologi, jika individu belum mampu mengelola emosinya setelah melalui tahapan pertama dan kedua, maka perlu baginya untuk berpindah tempat agar dapat menghindari sumber pemicu emosi, mengubah suasana dan mendapatkan pengalihan yang dapat meredakan emosi yang sedang dirasakan, apakah itu keluar dari tempat yang memancing emosi atau berjalan-jalan keluar rumah.  

Rasulullah saw. bersabda: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun