Mohon tunggu...
Muthia D. Santika
Muthia D. Santika Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Psikologi klinis. Psikologi Islam. Masih terus belajar. Mengerahkan segala potensi, semoga Allah SWT meridhoi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Teknik Mengelola Emosi Marah: Apakah Psikologi dan Islam Sejalan?

25 Januari 2023   10:01 Diperbarui: 25 Januari 2023   12:10 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Marah (Pexels/Pixabay)

Seringkali emosi--terutama emosi negatif yang dimiliki kita anggap sebagai sesuatu yang merugikan, sesuatu yang seharusnya tidak ada, sesuatu yang tidak boleh disalurkan, dan sesuatu yang tidak boleh diketahui orang lain. Padahal, setiap manusia lahir dengan membawa kemampuan untuk bisa 'merasakan' atau memiliki perasaan sebagai respon dari kejadian yang terjadi di sekitar kita. Maka dari itu, memiliki perasaan/emosi adalah bagian dari kemanusiaan diri kita yang tidak bisa kita hilangkan. 

Memang betul, reaksi emosi yang berlebihan tidak akan memberikan dampak yang baik bagi diri dan orang lain namun bukan berarti emosi tidak boleh disalurkan. Bukan berarti pula emosi dapat dijadikan 'alasan' bagi kita untuk menghindari tanggung jawab, atau kita jadikan 'pembenaran' untuk kita melakukan berbagai macam hal yang tidak baik, karena emosi bisa sepenuhnya kita kendalikan

Misalnya saja emosi marah (salah satu jenis emosi dasar dari 5 jenis emosi dasar yang lain: bahagia, sedih, takut, jijik, dan kaget). Rasa marah yang tidak dikelola dengan benar akan mampu 'melepaskan' tali kendali logika sehingga membuat kita mampu untuk melakukan hal-hal yang dalam keadaan sadar akan kita hindari sepenuhnya. Misalnya saja membentak orang yang kita sayangi, merusak barang, bahkan sampai melakukan tindakan yang beresiko seperti melukai diri ataupun orang lain. Setelah kondisi emosi kita lebih tenang dan stabil, barulah kita bertanya: kenapa ya tadi bisa melakukan itu? dan akhirnya menimbulkan penyesalan dan rasa bersalah. 

Lalu apa yang harus kita lakukan untuk dapat mengendalikan emosi marah?    

Jauh sebelum banyak beredarnya teknik regulasi emosi yang ditemukan oleh para ahli jiwa, Rasulullah Muhammad saw. telah memberikan pedoman kepada kita bagaimana cara untuk mengelola emosi yang dirasakan.

1. Menahan Diri untuk Berbicara/Melakukan Sesuatu 

Dari Ibnu Abbas ra., Rasulullah saw. bersabda: 

“Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad)

Dalam psikologi, regulasi emosi adalah bagaimana kita mampu untuk memperlambat proses yang terjadi antara perasaan dan reaksi. Reaksi emosi yang impulsif terjadi ketika kita tidak menyadari apa yang terjadi pada diri dan dampak dari reaksi impulsif ini adalah berbagai macam perilaku yang tidak didasari logika--dan biasanya merugikan. Tahap pertama yang dapat dilakukan adalah menunda munculnya reaksi impulsif dengan menahan diri untuk berbicara ataupun melakukan sesuatu.

Rasulullah saw. bersabda: “Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki.” (HR. Abu Daud, Turmudzi)

2. Membaca Ta'awudz  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun