Mohon tunggu...
Moh. Musthofa
Moh. Musthofa Mohon Tunggu... Professional Worker

Cinta Kedamaian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tujuh Sekawan: Terpisah Namun Menyatu Dalam Hati

29 Januari 2025   13:17 Diperbarui: 29 Januari 2025   13:17 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah desa yang terletak di ibu kota kabupaten bernama desa Melati, tujuh sahabat yang tergabung dalam perangkat desa hidup dalam kebersamaan yang erat. Mereka adalah Duan, Ika, Ihsan, Icha, Fittri, Thofa, dan Helda. Setiap hari, mereka bekerja bahu-membahu melayani warga dengan penuh semangat, meskipun sering kali candaan dan pertengkaran kecil mewarnai keseharian mereka.

Namun, kebersamaan itu perlahan mulai teruji. Pemerintah Supradesa yang bertanggung jawab atas pembayaran gaji mereka mulai tidak menentu dalam memberikan penghasilan tetap. Setiap bulan, mereka harus menunggu kepastian yang tak kunjung datang. Kebutuhan hidup semakin mendesak, dan satu per satu dari mereka mulai mempertimbangkan untuk meninggalkan pekerjaan yang mereka cintai.

Ihsan adalah yang pertama menyerah. Dengan berat hati, ia memilih bekerja di tempat lain untuk mendapatkan penghasilan yang lebih stabil. "Aku juga harus mencari pekerjaan lain untuk menafkahi istriku, demikian juga dengan anak-anakku yang tahun ini akan mulai mendaftar sekolah," ujarnya saat berpamitan.

Tidak lama kemudian, Fittri dengan sejumlah masalah yang menerpa kehidupan rumah tangganya harus memilih pindah kota, sebagai seorang perantauan dalam tangisnya ia berbisik kepada Icha, Helda dan Ika, "Aku sepertinya juga harus berhenti bekerja di sini dan pulang ke kampung mamaku, jika tidak Aku takut orang itu terus meneror dan membayang-bayangi setiap kehidupan yang aku jalani nantinya. Aku Takut Bu Hel....!"

Suasana semakin mencekam, tangis di antara mereka pecah ketika Icha secara bersamaan dengan Helda berucap, "Tapi..., Bagaimana dengan persahabatan kita Fit, apa kamu tega meninggalkan kami di sini?"

Padahal Satu minggu sebelumnya, Fittri, Icha, dan Helda baru saja menandatangani surat pernyataan pembelian rumah pada salah satu developer ternama secara kredit, dengan tujuan hidup menua bersama di suatu perumahan yang sederhana demi melanggengkan persahabatan mereka.

Kepergian mereka membuat yang lain mulai berpikir ulang. Duan yang terlebih dahulu berpikiran untuk mengundurkan diri, akhirnya harus memutuskan demi meraih mimpinya menjadi kontraktor. Helda dan Icha, yang selama ini bertahan dengan harapan keadaan membaik, akhirnya juga memilih pergi. "Aku merasa gagal, tapi aku harus realistis," ujar Icha. Helda yang sangat mencintai pekerjaannya pun akhirnya mengalah pada kenyataan.

Di lain Waktu, melihat temannya yang sibuk mempersiapkan berkas pengunduran diri, diam-diam Thofa mengajukan lamaran kerja di tempat lain dengan alasan yang sama, yaitu pembayaran penghasilan tetap yang terlambat hingga 3 ampai 4 bulan lamanya. Kecintaannya terhadap desa, mendorongnya agar tetap bekerja di seputaran desa dan pedesaan.

Hanya Ika yang tetap bertahan sebagai perangkat desa, bukan karena ia tidak butuh uang, tetapi karena ia percaya bahwa desa ini masih membutuhkannya dan masih ada tanggungan kredit di Bank yang belum lunas, sementara mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah di Kota ini.

Meskipun kini mereka tak lagi bekerja bersama, persahabatan mereka tetap utuh. Mereka masih sering bertemu, tertawa mengenang hari-hari di kantor desa meski hanya melalui media virtual grup WhatsApp, bercanda tentang siapa yang paling sering telat datang ke rapat atau siapa yang sering izin dengan alasan yang tidak masuk akal. Meskipun kini jalan mereka berbeda, mereka tahu bahwa persahabatan mereka tidak akan pudar hanya karena perbedaan pilihan hidup.

Kini, Duan telah meraih mimipinya, aktif menjalankan sebuah usaha yang bergerak di bidang kontruksi sebagai kontraktor di setiap proyek pemerintahan baik di dalam kota maupun di luar kota. Fittri menjadi karyawan di salah satu perusahaan sawit di Kalimantan Timur. Helda lebih fokus mengurus rumah tangga sambil membesarkan cucunya dan kadang-kadang menjalankan usaha sampingannya, menjahit dan menyewakan baju nikahan dan baju adat. Sementara itu, Icha tengah fokus menekuni usaha kuliner angkringan Mo-Mo, yang dulu pernah dibangunnya meskipun sempat vakum. Berbeda dengan yang lain, Ihsan sering kali berpindah-pindah pekerjaan, mulai dari lembaga penyedia pinjaman hingga menjadi salah satu tenaga pengajar di sekolah dasar. Namun, setiap malam, untuk mengisi waktu luang, Ihsan menjalankan usaha sampingannya sebagai ojol bernama "Ulun Antar". Sedangkan Thofa hingga saat ini masih serius menggeluti dunia desa dan pedesaan bergabung dengan P3MD Kabupaten di bawah asuhan Kementerian Desa untuk mengabdikan diri pada masyarakat dan desa.

Suatu malam, dalam sebuah pertemuan di sebuah Cafe Vebras dalam rangka memperingati hari lahir Duan, ia berkata, "Meskipun kita tak lagi satu kantor, kita tetap satu hati." Icha tertawa bercanda, "Iya, dan aku tetap yakin kalau kamu dulu memang yang paling bebungulan!" Mereka tertawa bersama, menyadari bahwa meskipun keadaan memisahkan mereka, kenangan dan persahabatan akan selalu menyatukan hati mereka. Sayangnya, hanya Fittri yang tidak dapat membersamai mereka karena sekarang ia sudah tinggal di kota lain yang cukup jauh, namun video call melalui WhatsApp tetap dapat menghubungkan komunikasi diantara mereka.

Dan begitulah, tujuh sekawan itu tetap bersama dalam hati, meski kini mereka menempuh jalan hidup yang berbeda.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun