Kini, Duan telah meraih mimipinya, aktif menjalankan sebuah usaha yang bergerak di bidang kontruksi sebagai kontraktor di setiap proyek pemerintahan baik di dalam kota maupun di luar kota. Fittri menjadi karyawan di salah satu perusahaan sawit di Kalimantan Timur. Helda lebih fokus mengurus rumah tangga sambil membesarkan cucunya dan kadang-kadang menjalankan usaha sampingannya, menjahit dan menyewakan baju nikahan dan baju adat. Sementara itu, Icha tengah fokus menekuni usaha kuliner angkringan Mo-Mo, yang dulu pernah dibangunnya meskipun sempat vakum. Berbeda dengan yang lain, Ihsan sering kali berpindah-pindah pekerjaan, mulai dari lembaga penyedia pinjaman hingga menjadi salah satu tenaga pengajar di sekolah dasar. Namun, setiap malam, untuk mengisi waktu luang, Ihsan menjalankan usaha sampingannya sebagai ojol bernama "Ulun Antar". Sedangkan Thofa hingga saat ini masih serius menggeluti dunia desa dan pedesaan bergabung dengan P3MD Kabupaten di bawah asuhan Kementerian Desa untuk mengabdikan diri pada masyarakat dan desa.
Suatu malam, dalam sebuah pertemuan di sebuah Cafe Vebras dalam rangka memperingati hari lahir Duan, ia berkata, "Meskipun kita tak lagi satu kantor, kita tetap satu hati." Icha tertawa bercanda, "Iya, dan aku tetap yakin kalau kamu dulu memang yang paling bebungulan!" Mereka tertawa bersama, menyadari bahwa meskipun keadaan memisahkan mereka, kenangan dan persahabatan akan selalu menyatukan hati mereka. Sayangnya, hanya Fittri yang tidak dapat membersamai mereka karena sekarang ia sudah tinggal di kota lain yang cukup jauh, namun video call melalui WhatsApp tetap dapat menghubungkan komunikasi diantara mereka.
Dan begitulah, tujuh sekawan itu tetap bersama dalam hati, meski kini mereka menempuh jalan hidup yang berbeda.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI