Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

[RoseRTC] Fragmen Romansa September

16 September 2016   06:49 Diperbarui: 16 September 2016   23:45 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pixabay.com

SET

Ring basket bergetar keras, dengingnya menusuk, Lembayung tak kurangi sedikit juga lemparannya
Deras si bundar hitam hantam papan persegi, masih saja tepat masuk persis di tengah lingkaran jaring, sederas ia usir sesak dada
Radja meloncat, gerak-gerakkan tungkai panjang lengannya, dan sia-sia
Lembayung selincah si bundar hitam, dribbling, lay out dan shoot luar biasa 

Jump shoot tak terbendung Lembayung, paksanya pada sendat rasa
Radja si kawan jiwa, mengalah pada Brendan si petualang cinta
Lembayung si gadis perkasa, enggan ia mendului romansa
Radja si kawan jiwa, tak pandai membaca asa 

“Mengapa selalu kalah-mengalah?!!”
Nanar Lembayung, dikungkung tatap Radja yang mengeja asa
“Kita dan rasa telah kangkangi sejarah!!”
Lantas ada apa? Mengapa?

“September ini! Jangan pernah biarkan ia lewat sedetikpun, lamar aku jadi istrimu!”
Deras Lembayung tolakkan si bundar hitam, Jump shoot penutup yang sempurna
Hantaman keras pada papan persegi dan denging menusuk
Pun detak pantulan yang perlahan menghilang, teresap di jiwa Radja yang enggan tersadar dari bahagia

***

STEM

Enyah! Aromamu kuras hidupku!
Demi dunia, gerangan apa yang buatmu jahat?
Mengapa tak sedikit iba bagi dua pasangan jiwamu?

Di balik pintu yang terbanting kau mematung
Wangi apa lagi peredam murka?
Apa mungkin wangi bebayian? Wangi telon? Meski si pertama kami masih hanya dalam kandung?

Wangimu… Mendekatlah…Aku rindu
Entah siapa yang bisikimu, entah sumur mana yang basuhimu
Hanya saja, wangi ini sungguh dalam-dalam di sukaku

Kau rengkuh dua pasangan jiwamu, erat-erat, lekat-lekat
Demi dunia, kau syukuri wangi ini damaikan impuls cium pasangan sehidup matimu
“Jika buah cinta kita selalu damai seperti ini, tentunya siap kau lahirkan selusin lagi buah cinta…”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun