Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siapakah yang Harus Bisa CPR?

7 Maret 2025   07:15 Diperbarui: 7 Maret 2025   09:12 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teluk Dalem, Lombok Utara. Tak terbayang satu hari ada yang bertanya, 'Bu Mus apa bisa CPR?' Sebagai pengidap asma, pertanyaan ini bukanlah bagian dari yang bisa dijawab, 'Bilang bisa saja dulu, nanti kalau kepentok ndak bisa, baru cari tau..'. Rasa sesak mendadak, himpitan begitu keras di bagian dada, debar jantung yang lebih keras dari biasanya dan kesulitan mengumpulkan oksigen dari semua jalur nafas. Rasanya hendak mati. Dan memang riskan untuk mati.

Saya jadi sadar, sekerasnya saya berusaha belajar banyak hal, akan selalu ada satu hal yang benar-benar tidak bisa saya lakukan. Lalu, begitulah, di ramadan tahun ini saya berjanji pada  diri sendiri. Bisa melakukan CPR akan menjadi kemampuan dari bentuk self growth saya secara umum. 

Terlepas dari itu, beberapa catatan personal bahwa betapa pun pencapaian saya di tahun ini tetap terasa luar biasa. Di antaranya;

Pertama, jelang usia setengah abad, mencari pekerjaan di kantor baru benar-benar perjuangan setengah mati. Lamaran saya ke banyak tempat, sebagiannya menyebutkan kendala gap umur dengan pekerja kantor yang sudah ada. Berkat simpatilah, akhirnya kini saya bisa bekerja kembali. Alhamdulillah.

Kedua, apapun pengetahuan akaemis yang pernah kita peroleh, suatu hari ternyata sungguh dapat dipraktikkan. Di pekerjaan baru saya sekarang, menguar kembali teori-teori dasar kependidikan sebanyak 4 SKS di tahun kedua perkuliahan. Pun banyak praktik-praktik mengajar di matkul-matkul lainnya. Tak masalah siapapun peserta didiknya, konsep pengajaran bisa saya pakai.

Ketiga, berita-berita terkait dunia pekerja, kita tengah diuji. Tiga pabrik besar menyatakan pailit dan dampaknya, phk besar-besaran pada ribuan pekerjanya. Berita ini terasa masygul, namun di satu sisi, membuat saya merasa bersyukur luar biasa. Bisa diterima dan sedang me jadi pekerja.

Keempat, tak pernah terbayang saya bisa menjadi peserta satu program akses digital. Bahkan membuat saya untuk kali pertama eksplore kota Palu, di Sulawesi Tengah. Juga berjejaring dengan kawan-kawan fasilitator lintas sektor. Bisa disebut, skala kecil dari pentaheliks stakeholder. Akademisi, praktisi, enterpreneurs, mahasiswa dan pelajar, professional, serta kawan-kawan disabilitas. 

Foto bersama Tim Setara Berdaya Grup dan kawan-kawan fasil DAP 2024 NTB, NTT & Sulteng. Dokpri
Foto bersama Tim Setara Berdaya Grup dan kawan-kawan fasil DAP 2024 NTB, NTT & Sulteng. Dokpri

Empat hal di atas, menguatkan saya bahwa di ramadan tahun ini, banyak hal telah saya catatkan sebagai self growth luar biasa. Angka usia jadi tidak terlalu penting. Yang terpenting adalah, kesiapan menjadi gelas kosong di banyak waktu. Membuat kita menjadi pribadi yang terus bisa diisikan ilmu-ilmu baru. Tak selalu demi pencapaian diri sendiri. Yang utama, bagaimana sisa umur hidup di dunia, semakin bermanfaat kita bagi orang selain diri kita sendiri.

Bismillah, insya Allah, aamiin  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun