Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Guru - M Musa Hasyim

Guru PPKn yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menelusuri Angkernya Jembatan Teksas UI

12 April 2020   11:20 Diperbarui: 12 April 2020   13:18 4536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Teksas pada dini hari, sumber: dokpri

Semua teman-teman saya berdomisili di Kutek, searah dengan saya. Jadi ada teman mengobrol saat jalan pulang bersama. Itung-itung juga menghemat pengeluaran.

Malam itu tibalah kami berjalan menembus jalan hutan UI antara stasiun UI dan gedung FIB , temanku yang indigo terus saja bercerita horor sepanjang perjalanan, membuat kami takut.

Saya mulanya tidak percaya dengan cerita temanku yang indigo itu. Saya juga tidak begitu percaya pada hantu padahal sebelumnya saya sudah pernah melihat hantu secara langsung mulai dari pocong, hantu Belanda, kuntilanak, suster ngesot sampai kereta hantu.

Saya selalu menganggap hantu yang saya lihat hanya sebuah halusinasi saja. Saya juga percaya tidak ada hantu yang sejahat manusia. Jadilah saya tidak begitu percaya hantu.

Temanku bilang kalau sejak kecil dia memiliki jin penunggu yang menjaganya dari jin-jin jahat. Ia bahkan sering mengobrol dengan jin penunggunya itu. Sialnya, ia masih saja bercerita tentang jin penunggunya itu sejak di dalam KRL sampai ketika kami berjalan menelusuri FIB dan tibalah kami melewati jembatan Teksas.

Untuk menghilangkan rasa takut, kami mengobrol sambil nyemil jajan yang sebelumnya kami beli. Ia bercerita di atas angkernya danau. Di saat sepinya suasana waktu itu. Apalagi saat itu lagi musim liburan semester, di tengah malam pula.

Kami terus berjalan melewati jembatan Teksas. Angin malam dengan kerlap-kerlip lampu di kejauhan membawa suasana semakin menyeramkan. Bulu kudukku berdiri bersama dengan suara serangga malam.

Tiba-tiba ada suara orang menjerit, sangat keras. Kami semua lari. Sementara temanku yang indigo hanya tertawa. Ia tidak memiliki rasa takut pada hantu sama sekali. Sementara saya yang tidak begitu percaya hantu tapi masih saja ketakutan. Itu artinya saya masih setengah-setengah mempercayai hantu, setengah percaya setengah lagi tidak.

Ketika kami berhasil melewati jembatan, kami menghela napas lega. Kami tidak berani menatap ke belakang, ke arah gagahnya jembatan. Kami mempercepat langkah dan mengucapkan syukur begitu tiba dengan selamat di kos-kosan. Dan malamnya saya malah mimpi buruk bertemu pocong.

Dari situlah presentase kepercayaan saya terhadap hantu lebih besar ketimbang ketidakpercayaan saya kepada hantu karena hanya halusinasi. Saya pikir halusinasi terbentuk karena situasi nyata yang kita alami di depan kita.

Cerita menyeramkan di jembatan Teksas tidak hanya sekali dua kali. Setelah durasi kursus kami selesai, saya melanjutkan kuliah pascasarjana di UI. Sementara teman-teman saya melanjutkan di daerah Yogyakarta dan Jawa Timur. Saya berkuliah di UI Salemba tapi saya memilih tinggalnya di Kutek Depok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun