Mohon tunggu...
Penaku
Penaku Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak-anak Pelosok Negeri

Menulis adalah Bekerja untuk keabadian. Awas namamu akan abadi dalam tulisannya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terimakasih untuk Rumah Nyaman-Mu (3)

14 Agustus 2022   19:25 Diperbarui: 14 Agustus 2022   19:39 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jimiardi. Gambar dokumentasi pribadi

Ada pemandangan menarik. Terjadi interaksi yang cukup unik antara jimin dan kepala lurah Dasi-Dasi. Semua itu terjadi tekanan psikologis itu muncul. Kata-kata dewasa, berwibawa, dan aura seorang pemimpin menjadikan pola komunikasi sepihak yang sedikit canggung. 

"Santai saja, jangan terlalu tegang, jadi pekerjaan survei itu menantang dan bertemu dengan banyak karakter". Ucap lurah itu kepada jimin. 

Sementara itu kakak himpunan ku dengan suara yang agak serak, tangannya memegang fulpen juga gemetar. Ini pengaruh lapar atau mantra-mantra. Tapi jelas sekali sedari perjumpaan. Situasi tak begitu kondusif. Lagi-lagi kami menerima deraan. 

Setelah bertemu lurah selanjutnya kami di arahkan untuk bertemu ibu RT 2 guna kepentingan data penduduk. Sosok perempuan paru baya ini memiliki daya ingat yang luar biasa. Urutan nama KK saja ujung pukul ujung beliau ketahui namanya persis juga dengan letak rumahnya. Setelah berbagai kesan dan cerita beberapa saat, gemuruh Sholawat sudah nampak bersahut-sahutan. 

Setelah proses legalitas kami dapatkan seiring juga kumandang sholat Jum'at. Hari yang begitu sakral. Seandainya manusia mengetahui hakikat dari pada hari ini. Maka gunung, lembah, hutan, dan hamparan samudra sekalipun, kalah saing dengan gemuruh tangisan manusia yang gentar.  

Sesungguhnya kehancuran alam semesta itu terjadi pada hari Jum'at. Manusia di ciptakan pada hari Jum'at dan dibangkitkan juga di hari itu. Wajar kalau hamba-hamba yang masih memiliki sedikit keimanan, berbondong-bondong menghamba kepada Tuhan pencipta alam. 

Siang terik matahari pesisir. Peluh bercucuran terkena sengatan mentari. Begitu hebatnya perjalanan kita sahabat, kita selalu terhenyak dengan kondisi yang tiba-tiba. Misi ada di depan mata, lelahnya kita hari ini adalah pengalaman dan pembelajaran berharga ketika beranjak semakin dewasa nanti. 

Siapa yang tidak kenal dengan mahasiswa. Orang tamatan sekolah dasar pun tahu keberadaan insan akademis dan aktivis ini. Terbukti beberapa kali kami dikiranya mahasiswa yang lagi penelitian. Bawa-bawa berkas dan kartu identitas saja tetap dikirain mahasiswa.

"Eh, kalian mahasiswa dari mana, dan ini penelitian kalian ya?". Tanya salah satu anggota keluarga yang kami wawancarai. Kami jelaskan dengan sebaik mungkin maksud dan tujuan kami. 

Kami dari tim survei politik pak,, bla bla....." Terang kami jelaskan. 

Ya, masih banyak sih yang apatis dengan politik. Sudah terlalu dibikin linglung dengan janji politisi. Kapan kiranya bangsa ini punya pemimpin yang berani mempertanggungjawabkan janji-janjinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun