Pep pelatih City tersadar. Kembali menginjak bumi panas, panik. Rupanya Pep terlambat mendengar lonceng tanda bahaya. Madrid lebih percaya diri. Merangsek, menyongsong tuah Santiago Bernabeu.
Babak perpanjangan, Karim Benzema diganjal di kotak pinalti City. Dan menuntaskan kejayaan Madrid, mulus mengeksekusi pinalti berbuah kemenangan.
Laga selesai, 3 - 1 untuk tuan rumah. Agregat 6 - 5, Madrid melaju ke final. Suporter putih gempar dalam suka cita. Beberapa mengusap air mata, terharu dan gembira.
City sedih sekaligus marah. Kemenangan di pelupuk mata itu terbang menghilang. Pupus sudah laga final, dan impian untuk merengkuh tropi si Kuping Besar yang pertama kali.
Di ruang ganti : pelatih, crew dan pemain City duduk lemas tertunduk lesu. Pep Guardiola pelatih cerdas menggeretakan giginya. Gemas dan marah.
Realitas bola dan sakitnya kekalahan mengembalikan dirinya sebagai pelatih sejati. Pertarungan bukan hanya yang ini. Kenyataan kalah hari ini harus diterima dan dicermati. Ratusan duel berikutnya masih antri menunggu. Dunia belum kiamat.
Setiap laga adalah pembelajaran. Pikiran Pep pun kembali tercerahkan, kembali diliputi taktik dan strategi.
City akan melampiaskan kemarahannya di sisa empat laga liga premier Inggris.
Dalam duka kekalahan liga champion, mereka bertekad untuk meraih kemenangan dan menjadi juara liga premier Inggris bulan ini.
Tekad itu telah terbukti. City juara liga Inggris 21/22. Unggul hanya 1 poin diatas pesaing terdekatnya, Liverpool.
Berjuang Menyongsong Kemenangan