Alih - alih mencetak gol, tim tuan rumah justru kebobolan terlebih dulu. Riyad Mahrez gelandang City, di menit 73 mengejutkan tuan rumah. Melepas tembakan jarak jauh, Thibaut kiper Madrid berpostur raksasa asal Belgia itu tak kuasa menyelamatkan gawang Madrid.
1 - 0 untuk City, Agregat 5 - 3 untuk tim tamu.
Pep Guardiola pelatih biru mengepal tangan lega. Ancelotti pelatih putih tegang, semakin cepat mengenyam permen karet di pinggir arena, gelisah.
Konon Pep adalah tipikal pelatih yang too Much thinking. Berpikir terlalu banyak alternatif dan variatif. Ini adalah kekuatan seorang ahli strategi. Namun disaat saat tertentu bisa menjadi kelemahan. Itulah yang terjadi di menit - menit berikutnya laga knock out ini.
Entah apa yang dipikirkannya. Barangkali Pep sudah berpikir terlalu cepat. Mengantisipasi formasi laga final Champion juga membayangkan saat menentukan liga premier Inggris yang menginjak masa kritis. Dengan pesaing tim yang sama, Liverpool si merah.
Pep sudah berpikir aman, walau laga masih akan berlangsung 20 menit lagi. Pep lupa yang dihadapi adalah tim pejuang tak kenal putus asa.
Tiba - tiba Kevin De Bruyne play maker, pengatur serang juga pelapis pertahanan City ditarik keluar. Barangkali Pep terlena, sudah merasakan final ada di genggaman.
Namun Madrid adalah Rahwana yang memiliki aji Pancasona. Saat seolah mati, akan hidup dan segar kembali ketika tubuhnya terbanting menyentuh tanah. Itulah kehebatan ajian Pancasona.
Tanah yang menghidupkan kembali Madrid dari tubir kematian adalah masa kritis di injuri time babak ke dua.
Adalah Rodrygo, pemain muda asal Brazil yang menjadi pahlawan Madrid sore itu. Baru diturunkan di menit 80 an, Rodrygo membuat kejutan besar.
Rodrygo membobol gawang City dua gol hanya dalam tempo 2 menit. Menit ke 90 dan 90 + 2.
2 - 1 untuk Madrid. Skor agregat 5 - 5, imbang. Dilanjutkan waktu perpanjangan 2 x 15 menit.