Barangkali Emery berpikir, bahwa ketika perpanjangan waktu inilah stamina si merah akan drop dan kedodoran. Saat itulah waktunya si Kuning akan melibas dan menghancurkan si Merah.
Namun Liverpool adalah monster yang tengah menduduki kasta tertinggi dunia sepak bola. Perkiraan Emery meleset. Badai kelelahan ternyata hanya isue, sekedar hoax.
Entah apa yang disuntikan Klopp di ruang ganti saat jeda.
Di babak dua, pola bertahan si Kuning seakan memberi ruang bagi Banteng terluka Liverpool melampiaskan amarahnya.
Di babak dua kuartet Salah, Mane, Diaz dan Fabinho melantunkan simphony kematian. Mendobrak pertahanan dan menjebol gawang Villarreal tiga kali tak berbalas.
Diawali dengan tembakan spekulasi jarak jauh, Fabinho mencetak gol pertama Liverpool. Disusul aksi - aksi berbahaya Diaz mengancam menghasilkan gol ke dua.
Mane menutup kemenangan Liverpool, mencontek asis M Salah menghasilkan gol ketiga. Gol kemenangan. Tuan rumah takluk.
Perpanjangan waktu tak terjadi. Skenario Emery gagal total. Suporter Villarreal tertunduk lesu di rumah sendiri. Suporter Merah berteriak euforia, melepas gelisah.
Dengan agregat 5 - 2, Liverpool melaju ke final. Menantang pemenang antara City atau Madrid.
Villarreal mengubur mimpi indah membopong si Kuping besar di rumah sendiri.
Sihir Madrid di Bernabeu
Stadion Santiago Bernabeu di kota Madrid adalah kandang El Real. Dan konon Liga Champion adalah DNA nya jawara bola negeri Matador ini. Sore itu laga semi final leg dua antara Real Madrid versus Manchester City berlangsung di Bernabeu.