Sepanjang babak satu tak ada yang berubah. Bola  silang dan panjang berlanjut. Si kuning mendominasi permainan. Menambah satu gol lagi. Dua gol tanpa balas untuk Villarreal.
Agregat 2 - 2.
Ribuan suporter kuning menggila ber euforia. Suporter merah lesu meragu.
Villarreal tim kecil dengan impian besar. Setelah tahun lalu meraih piala liga Eropa menumbangkan Manchester United, salah satu klub paling kaya, glamour dan terkenal di dunia. Kini memupuk asa di ajang lebih tinggi. Terbayang betapa hebat andai tahun ini mampu memboyong pertama kali si Kuping Besar, lambang supremasi liga champion kompetisi paling bergengsi level klub.
Harapan yang tak muskil telah di depan mata.
Apakah si kuning bakal berlanjut mampu menggilas si merah di babak ke dua?
Babak dua dimulai. Ternyata Unai Emery pelatih spesialis liga Eropa membuat langkah salah. Berujung blunder dan kekalahan bagi si kuning. Salah menilai dan mengantisipasi kekuatan serta monsternya mental si Merah.
Kira - kira apa yang ada di benak Emery kala jeda turun minum, sehingga  merubah pola permainan Villarreal yang sudah terbukti andal. Dari armada serang di babak pertama, menjadi gaya bertahan, parkir bus di babak kedua?
Barangkali pelatih si Kuning ini termakan pemberitaan yang gencar beredar. Mengabarkan bahwa saat ini Liverpool tengah dilanda badai kelelahan.
Si Merah memang sedang melakoni serangkaiaan jadwal laga super ketat, krusial dan melelahkan. Dari rangkaian tanding ketat liga premier Inggris, kemudian kerja keras menjuarai piala FA setelah menyingkirkan Chelsea lewat adu pinalti. Dan pastinya juga berlaga di liga champion yang menguras tenaga.
Dengan asumsi badai kelelahan menimpa musuh, dengan posisi agregat imbang 2 - 2, Emery mendesign babak kedua untuk imbang, tanpa ada gol. Sehingga babak perpanjangan 2 X 15 menit harus dimainkan.