Duduk diatas batu, menanti isteri dan anaknya yang tak kunjung menyusul. Baya pada lali? Ki Ageng bertanya tanya, Apa mereka pada lupa? Para pengikutnya mendengar itu. Jadilah wilayah itu disebut Boyolali.
Kalau sekarang ini ada plesetan yang sering menyebut Crocodile forget, Buaya lupa sebagai terjemahan Boyolali tidak tepat. Tentu itu hanya sebagai bahan guyonan, pemancing efek tawa. Sebagaimana menyebut tidur tidur Ayam dengan sleep sleep chiken.
Siang masih terik ketika kami masuk kota Boyolali. Agenda kali ini  tidak akan mengunjungi ranch Sapi atau ke Desa Tembaga Cepogo. Kami langsung menuju bundaran patung Kuda di dalam kota.
Patung Kuda Arjuna Wijaya, adalah ikon baru kota susu. Selain patung Sapi yang sudah terlebih dahulu berdiri.
Patung Kereta  dikendarai Arjuna dengan Kusir Kresna berada di Simpang Lima Boyolali. Diresmikan tahun 2015. Kereta  ditarik empat belas Kuda berbahan tembaga. Memanjang terlihat megah dan indah di Bundaran.
Patung itu pasti adaptasi dari momen ketika Arjuna menuju medan laga Kurusetra dalam Epos Maha Bharata. Karya Mpu Wyasa.
Arjuna berangkat untuk bertarung  menghadapi saudara saudara sedarah. Termasuk Karna saudaranya satu Ibu. Maha Bharata adalah kisah Perseteruan saudara sedarah, Wangsa Bharata.
Tahu akan bertarung dengan saudara sendiri, Arjuna berangkat penuh keraguan. Akhirnya Kresna titisan Dewa Wisnu yang harus menjadi Sais atau kusirnya.
Di momen keberangkatan menuju medan laga  ini, lahirlah serat atau buku syair yang abadi hingga kini. Berjudul Bhagawat Gita atau Nyanyian Kesempurnaan. Berisi nasihat Kresna kepada Arjuna saat mengendara Kereta. Tentang keraguan, persaudaraan, pengabdian, perjuangan, Tanah Air, pasrah, rela, peperangan dsb. Tentang bagaimana menjalani kehidupan yang benar dan sejati sehingga terbebas dari derita Dunia serta bermanfaat kepada liyan.
Momen Bhagawat Gita yang asli dari India itu diabadikan di Bundaran Boyolali. Patung Kereta Arjuna Wijaya.
Menatap patung perunggu kecoklatan megah, terik matahari Boyolali menjadi tidak terasa panas lagi. Hanya ada rasa kagum dan apresiasi kepada para penggagas, seniman perancang  dan juga para tukang serta buruh yang mengerjakan monumen itu.