Tapi tidak, Sutopo membantah dirinya sendiri . Ibunya pasti tidak kerasukan. Sutopo mengingat sepotong kenangan masa lalu bersama ibunya.
Walaupun ibunya hanya perempuan desa lulusan SR ( Sekolah Rakyat ) namun cara bertindak dan pemikirannya rasional. Dan pada saatnya yang diperlukan bisa menjadi panglima keluarga yang tangguh.
Sutopo mengenang masa masa sulit Republik ini di kala dirinya masih kecil.
Waktu itu barang dagangan bapaknya berupa mori yang dimuat truk kecil, disita oleh oknum entah siapa, di jalan raya. Mori itu adalah dagangan untuk supply pengusaha Batik di Solo dan Tenun Pedan. Oknum itu menyatakan, orang tidak boleh memiliki dagangan terlalu banyak. Bapaknya tidak berdaya, barang disita tanpa juntrungan yang jelas.
Diurus kemana mana tidak berhasil, bapaknya frustrasi dan panik, lantaran dagangan itu dibeli dari uang hasil hutang. Harus diangsur, bayar bunga dan juga harus ada penghasilan untuk biaya sekolah dua kakak Sutopo di rantau.
Saat bapaknya mulai melirik lirik Sonji sonji (rumusan ramalan ) nomor Nalo ( Nasional Lotere ) yang tidak jelas, ibunya mengambil inisiatif untuk mengeluarkan dan membersihkan Singer, mesin jahit tuanya, dan membuka jasa jahitan.
Sutopo ingat, membantu ibunya setiap pulang dari sekolah, menggelesot di lantai, memasang kancing atau hal lain yang bisa dikerjakan dengan arahan ibunya.
Selalu, ibunya menjahit sambil mendengarkan siaran pendengar RRI Surakarta atau Yogyakarta dari Radio Transistor Philip antik di emperan rumahnya.
Siang siang yang mulai meredup, sambil mengayuh Singer dengan terampil, ibunya juga menghayati alunan suara Tetty Kadi, Lilis Suryani, Ernie Johan, Titiek Puspa, Titek Sandhora dan Muchsin, juga langgam Waljinah dari Radio. Sutopo jadi ikut mengenal lagu lagunya, dan kenal warna warna suara setiap penyanyi itu.
Usaha jahit itu menjadi tulang punggung keluarga. Usaha yang riil dan memang dibutuhkan. Itu berkat inisiatif dan langkah nyata ibunya.
Jadi tidak, ibunya pasti tidak kerasukan dan hanya sekedar emosional. Ibunya adalah wanita sederhana yang cerdas dan bagian dari generasi pendengar Radio yang menyiarkan Orasi orasi , dialog dialog dan juga Sandiwara sandiwara Radio yang membuka wawasan dan mencerdaskan. Dan ibunya adalah seorang pembelajar yang terbuka pikirannya.
Sutopo mencoba memahami ujaran ibunya, tidak mau menghakimi.
Bersambung