Sembilan bulan sepuluh hari engkau mengandungku. Menyediakan tempat ternyaman lengkap dengan segala kebutuhan. Rahim penuh kehangatan pun jua kenikmatan.
Di dalam gua ajaib yang engkau sediakan. Tak pernah sedetik pun dingin kurasakan. Tak pernah kuatir akan adanya benda tajam yang bakal melukaiku ataupun dahsyatnya benturan kurasakan. Karna kau selimuti kami dengan ketuban.
Di dalam gua ajaib yang senantiasa engkau lindungi pula, tak pernah lapar kurasakan. Karena segala nutrisi tuk tumbuh kembangku slalu engkau pastikan.
Bunda, maafkan jika selama dalam rahim sucimu itu, aku sering berulah. Mungkin awal Kehadiranku sering membuatmu merasa gerah. Membuat asam lambungmu bekerja tak terarah. Hingga tak jarang engkau muntah-muntah.
Bunda, maafkan aku yang terlalu nyaman di rahimmu. Seringkali asyik bermain, memutar ke kiri dan ke kanan. Berseluncur ke atas dan bawah. Hingga kau payah merasakan guncangannya.
Bunda, maafkan jika dulu aku enggan memosisikan diri dengan baik. Aku terlanjur nyaman dalam rahimmu. Hingga ada rasa takut, saat harus pergi dari sana. Padahal itu membuatmu kesakitan.
Bunda, akhirnya kini kita bisa berjumpa. Bisa kutatap wajah bidadari yang Tuhan kirim dari Surga. Bidadari yang tiada pernah mengeluh. Meskipun harus berjuang banyak peluh.
Purworejo, 3 Maret 2019