Mohon tunggu...
Muktasyaf HudaNasrullah
Muktasyaf HudaNasrullah Mohon Tunggu... Buruh - Buruh

Pena yang tajam seperti jarum kristal yang menusuk disetiap relung jiwa. Kemudian memuncratkan mata air panasnya yang berupa tulisan-tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dendang Sang Pecundang

18 Juni 2023   01:48 Diperbarui: 18 Juni 2023   02:03 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dendang Sang Pecundang

Aku dengan Pantai dan Langit
Kita bertiga membiru
Melebam dan kusam

Pantai melebam oleh limbah
Langit melebam oleh polusi
Dan aku melebam ditampar pasrah

Sungguh Cukup mampus aku
Di olok-olok dan dipecundangi nya
Oleh diri yang dibudaki kemalasan

Sungguh ini adalah masalah
Disisi setiap orang sedang mendaki cita
Dilain sudut aku meringkuk tak berdaya

Persetan semua bisikan sumbang
Yang datang menggerogoti akal pikiran
Namun bangsatnya aku terpedaya

Dilema hasrat dan siasat yang abstrak
Ini adalah penaklukan tingkat tinggi
Sebab Akal sehat menjadi sungguh keruh

Tolong berikan kembali teduhan itu
Oleh rindangnya jiwa-jiwa yang ranum
Lindungilah dengan teduhan nan damai

Semaraklah serta membinarlah
Oleh pancaran kemurnian yang bersih
Lantas biarkan aku meresapi kebenaran absolut

Ntah pantai, langit dan aku
Itu semua adalah tanggung jawab
Harapkan litani mu, teruslah mencuat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun