Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Bisikan Alam Penuh Dendam Membara

12 Maret 2019   15:55 Diperbarui: 12 Maret 2019   17:26 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrated By; Pixabay.com

Tetumbuhan berisik, berbisik dalam cara mereka. Bercerita jasa yang tak terbalas. Amanah yang tak dilaksanakan. Manfaat tak dipertimbangan. Perjanjian saling menguntungkan tlah dilupakan. Oleh keserakahan akan dunia.

Tika tempat berdiri tlah luluh lantak. Terbakar! Kawanan tumbang dihantam gerigi besi yang meraung-raung. Dari Eksplorasi pertambangan. Dan perluasan lahan sang ber-uang.

Dendam kesumat membara, berkobar tuk berperang. Menunggu terompet tanda kuasaNya. Dari kesewenangan dan kezhaliman. Menuntut atau membalas!

Inilah cerita pohon, kata singa sang raja rimba. Ketakutan tlah melanda. Handai tolan menjadi langka. Bahkan, punah! Tika tempat berlindung rusak tak terjaga. Rusak sebiji hancurlah sebelanga.

Hahaha, mereka tak tau diuntungkan. Tak punya malu. Tak bisa berterimakasih. Tak secerdas dibayangkan. KemuliaanNya tak bisa digunakan.

Membunuh anak sendiri, memakan teman sendiri, menjual harga diri, keyakinan dikebiri, aturan diperjual beli. Itulah mereka!

Apakah mereka tahu? Akan banjir, kekeringan, sumber air bersih, oksigen yang dihirup, efek rumah kaca, lapisan ozon yang menipis! Mungkin tidak. Jika tahu, mestinya berfikir tuk masa depan anak cucunya.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun