Mohon tunggu...
Mukhlis
Mukhlis Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Melayat pada Puisi

17 November 2023   16:00 Diperbarui: 17 November 2023   16:01 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pixabay 

Oleh: Mukhlis, S.Pd., M..Pd.

Pagi tadi selepas subuh menggenggam malam
Dengan koko warna gelap  
Kulayat tetesan kusam  pada teratak kamar
Kain  putih membungkus  ikatan rima dan nada

Baca juga: Ladang Aksara


Harumnya petuahmu ,
Merembes  lewat celah pengantar kesah
Mayat -mayat puisiku   membujur kaku dalam keranda pagi itu

Aku telah mati dalam dengusan napas  
Cairan pena membeku  dalam genggaman
Tenda pesakitan tumbuh di beranda karya

Wahai kawan...
Puisiku telah mati bersama luka dalam jiwa
Pisau bermata dua,
telah mengguliti setiap inci dari tanda bersemayam
Jalan tertatih,
Darah berceceran membasuh luka

Kawan...
Aku sedang berduka
Aku sedang menangis darah
Aku  hilang bentuk

Pisau-pisau itu kawan!
Memenggal diksi dan tipografi
Menyeret makna ke hulu  tak bertepi
Kanvasku terbelah dua hadapan
Ke timur aku tersesat
Ke barat aku melayat

Pecundang  pingsan
Karena rertawa menunda napas
Aksaraku diaduk dalam badai

Lhokseumawe, November 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun