Mohon tunggu...
Mujtahiddin Assyiddiecky
Mujtahiddin Assyiddiecky Mohon Tunggu... Lainnya - Laki-laki

Mahasiswa yang sedang berusaha menulis di sela waktu luangnya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kisah Kasih Buruh Miskin

25 November 2020   12:34 Diperbarui: 25 November 2020   12:38 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kuletakkan lamunanku di beranda rumah tua
Bahkan usangnya telah raib termakan usianya
Desau angin kampung mengajakku bicara
Ditemani teduh kopi meledek sambil tertawa

Lelahku mengajakku masuk ke sebermula
Membanting tubuhku ke kasur tanpa busana
Dekorasi kecil melambai dari muka almanak kusut
Reot pilarnya menjerit tak sanggup lagi bertaut

Sejawatku berhamburan ke rongga hampa
Negeri asalnya timbul di sela bunga tidurnya
Sanak saudara sekarat menanti pulangnya
Sisanya berdialog dengan cermin melankolia

Lekas aku mencoba menemui Tuhanku
Seorang diri di punggung sebuah surau
Doaku beterbangan mencoba saling terkabul
Sedikit syukurku sejenak membantuku terpukul

Aku dan lamunanku kembali merangkum
Merawat segudang angan yang masih ranum
Langkahku tegap menyusul sisa takdirku
Hingga liang terbuka menangkup ajalku

BigD

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun