Marsinah, seorang buruh pabrik jam tangan di Sidoarjo, Jawa Timur, menjadi simbol perlawanan buruh melawan penindasan dan ketidakadilan. Kisah hidupnya yang tragis dan penuh perjuangan menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Marsinah lahir di Nganjuk, Jawa Timur, pada tahun 1969. Ia berasal dari keluarga petani sederhana. Sejak kecil, Marsinah memiliki jiwa yang pemberani dan pantang menyerah. Ia selalu ingin membantu orang lain dan memperjuangkan keadilan.
Setelah lulus SMA, Marsinah bekerja di pabrik sepatu Bata di Surabaya. Ia kemudian pindah ke PT Catur Putra Surya, sebuah pabrik jam tangan di Sidoarjo. Di sana, Marsinah menjadi aktif dalam organisasi buruh dan sering memimpin aksi-aksi protes untuk menuntut hak-hak buruh.
Pada bulan Mei 1993, Marsinah memimpin aksi protes terhadap PHK 13 buruh di PT Catur Putra Surya. Aksi ini mendapat respons keras dari pihak perusahaan dan aparat keamanan. Marsinah diculik dan dibunuh dengan cara yang kejam. Jasadnya ditemukan di hutan Wilangan, Nganjuk, beberapa hari kemudian.
Kematian Marsinah memicu kemarahan masyarakat luas. Kasus ini menjadi salah satu contoh kelam pelanggaran hak asasi manusia di masa Orde Baru. Perjuangan Marsinah untuk keadilan terus diingat dan diabadikan dalam berbagai bentuk, seperti lagu, puisi, dan film.
Kisah Marsinah mengajarkan kita tentang pentingnya keberanian, integritas, dan solidaritas dalam memperjuangkan keadilan. Ia mengingatkan kita bahwa setiap orang berhak atas kehidupan yang layak dan bebas dari penindasan.
Marsinah menjadi simbol bagi buruh dan aktivis hak asasi manusia di seluruh Indonesia. Semangatnya terus menginspirasi generasi muda untuk berani melawan ketidakadilan dan memperjuangkan hak-hak mereka.
Marsinah adalah pahlawan buruh yang tak terlupakan. Ia telah memberikan kontribusi yang besar bagi perjuangan buruh di Indonesia. Semangatnya akan terus hidup dan terus menginspirasi banyak orang.
