"Cinta pertama adalah sebuah kisah yang tidak akan pernah kamu lupakan."
Â
Sebagian dari cerita ini adalah kisah nyata dan sebagian lainnya adalah kisah fiksi, yang mungkin terjadi padamu. Cerita ini terjadi di tahun ... kamu terka-terka sendiri saat membaca ceritanya.
Â
***
Â
"Erina! Erina!" panggil dua orang gadis berpakaian seragam sekolah menengah pertama berwarna putih biru dari depan pagar sebuah rumah secara bersamaan. "Erinaa!" panggil mama, "Wati dan Tari sudah nyamper sekolah kamu tuh!" Mama lalu memanggil masuk dua gadis sahabat karib putrinya tersebut. "Wati, Tari ... Erina masih siap-siap, ayo sini masuk dulu, kita sarapan, masih pagi loh."
Wati yang memiliki tubuh gemuk dengan cepat mengangguk. "Wah kebetulan Tante, kita belum sempet sarapan," ujanya sambil membuka pintu gerbang. "Buset Wat, bukannya tadi pas aku samper, kamu lagi makan roti ya?" kaget Tari yang memiliki tubuh kurus. "Itu bukan sarapan namanya, itu pemancing sarapan," cengir Wati lalu masuk ke dalam rumah Erina diikuti Tari yang geleng-geleng.
Mereka berdua mencium tangan mamanya Erina lalu ikut duduk di meja makan bersama adik Erina, Listyana. "Gimana rasanya sudah jadi anak SMP? Seneng dong ya," senyum mama pada Wati dan Tari sembari meletakkan dua piring nasi goreng dengan telur mata sapi di atasnya untuk mereka berdua. Mata Wati terbuka lebar melihat menu lezat tersebut.
"Tentu senang Tante, banyak pengalaman baru," kata Tari. "Kalau kamu gimana Wat?" tanya mama pada Wati yang telah menyuap nasi gorengnya. Wati menunjukkan jempolnya. "Jempol itu karena kamu suka sama sekolah atau teman-temannya Wat?" tanya mama. Wati menggeleng. "Bukan dua-duanya Tante, jempol ini untuk nasi goreng buatan Tante yang lezat!" Mama tertawa. "Ah semua makanan buat Kak Wati pasti enak, apalagi kalau gratis," celetuk Listyana.
"Heh, ga boleh gitu," tukas Erina yang muncul di meja makan sambil mendorong kepala adiknya itu. "Ma! Kak Erin ngeplak kepalaku!" teriak Listyana. Erina mencibir lalu duduk bergabung untuk sarapan pagi bersama. "Sudah, sudah ... jangan berantem terus tiap pagi," geleng Mama. "Ma, lihat, ada jerawat lagi muncul di wajahku nih, bikin malu," tunjuk Erina pada pipinya. Mama memerhatikan lalu berkata, "Ga apa-apa Rin, itu namanya jerawat remaja, biasa, nanti juga hilang, asal jangan dipencet sama tanganmu itu." Erina berdecak sebal pada jerawatnya. "Mending jerawat dari pada bisul," sahut Wati dengan mulut penuh telur dan nasi goreng. Tari mengangguk setuju. "Bener juga kamu Wat," cengir Erina.