Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... welcome my friend

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Ngubek Pasar Kliwon Bekonang

9 Agustus 2025   18:40 Diperbarui: 10 Agustus 2025   19:32 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ketinggalan, para penjual tanaman hias maupun bibit tanaman sayur juga hadir, menawarkan berbagai jenis bunga, bonsai, hingga bibit sayuran. Bagi yang hobi berkebun, ini tempat yang tepat untuk mencari perlengkapan sekaligus inspirasi.

Berburu Cita Rasa Pasar

Menjelajah pasar tentu tak lengkap tanpa mencicipi kulinernya. Di Pasar Kliwon Bekonang, bisa juga mencari jajanan pasar seperti penjual jenang, klepon dan aneka jajanan pasar lainnya, bisa juga sarapan soto hangat, ngiras/makan ditempat sate kambing muda yang empuk, menikmati sayur jangan khas rumahan, atau menyeruput dawet ayu dan es tebu segar. Semua disajikan dengan suasana khas pasar, ramai, cepat, dan penuh interaksi hangat.

Pasar tumpah Kliwon Bekonang ini panjangnya kurang lebih sampai satu kilometer kalau dihitung dari ujung ke ujung. Bukanya cuma dari jam tujuh pagi sampai jam dua belas siang. 

Pasar tumpah ini juga menjadi denyut ekonomi warga lokal. Banyak yang menggantungkan penghasilan dari momentum Kliwonan. Bahkan, pedagang dari luar daerah pun ikut meramaikan, tahu bahwa Bekonang adalah pasar yang menjanjikan saat Kliwon tiba.

Tak jarang, para pelintas yang baru pertama kali melihat pasar ini akan tercengang: jalan raya bisa berubah menjadi lautan manusia dan tenda-tenda dadakan. 

Tapi di balik semrawutnya, tersimpan harmoni. Ada ketertiban tak tertulis yang diwariskan turun-temurun: siapa jualan di mana, kapan harus beres-beres, bahkan aturan tidak tertulis soal harga dan sapaan khas antarpedagang.

Di tengah arus modernisasi, tradisi pasar tumpah Kliwonan ini menjadi semacam penanda bahwa denyut nadi kearifan lokal masih berdetak, sebagai penjaga tradisi pasar rakyat yang hidup dan terus bernyawa. 

Melihat wajah pedagang yang sumringah saat pembeli mampir ke kiosnya, mendengar suara riuh tawar-menawar, mencium aroma khas pasar, dan merasakan senggolan di gang sempit, semuanya terasa lebih manusiawi. 

Hal-hal seperti ini tak akan temui di mall atau supermarket. Pasar tradisional punya keseruannya sendiri, yang memperlihatkan kehidupan apa adanya.

Kliwonan di Bekonang bukan sekadar jual beli. Ia adalah cerita tentang warisan, kebersamaan, dan cara orang memaknai waktu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun