Di Bekonang, Sukoharjo, Jawa Tengah ada satu pasar yang cuma buka di hari tertentu saja. Namanya Pasar Kliwon Bekonang. Bedanya sama Pasar Bekonang yang buka setiap hari dari jam lima pagi sampai empat sore, Pasar Kliwon Bekonang hanya buka saat hari Kliwon menurut tanggalan Jawa. Masyarakat sekitar sering menyebut bila ke pasar ini Kliwonan.
Tanggalan Jawa punya lima hari: Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. Nah, pas hari/pasaran Kliwon, suasana pasar berubah total. Pasarnya jadi pasar tumpah, pedagangnya meluber sampai ke jalan-jalan, gang kecil di kanan kiri pasar penuh lapak.Â
Meski banyak yang nggak tahu pasti sejak kapan tradisi pasaran Kliwon ini dimulai. Yang jelas, masyarakat Jawa sejak lama menggunakan sistem pancawara untuk menentukan hari buka pasar dalam siklus lima harian. Pola ini terus bertahan, melewati zaman dari masa kolonial, masa kemerdekaan, hingga era gawai di genggaman.
Pada hari biasa, Pasar Bekonang memang ramai. Pedagang buah, sayur, daging, bumbu dapur, pakaian, dan peralatan rumah tangga memenuhi lapak-lapak di dalam gedung pasar.Â
Namun, begitu hari Kliwon tiba, suasananya berubah total. Pedagang dari berbagai daerah datang menyerbu, menata dagangan di pinggir jalan, menggelar tenda dadakan di gang, bahkan di depan rumah warga.
Saat Kliwonan bisa menemukan banyak hal unik di sini: mulai dari penjual kerajinan bambu, topi caping, sangkar burung, peralatan pertanian seperti cangkul, sabit, hingga pisau pemotong rumput.Â
Menariknya, ada juga yang seperti blacksmith/pandai besi yang memamerkan proses pembuatan sabit atau bendo langsung di tempat, lengkap dengan dentingan besi panas yang dipukul berulang kali.Â
Magnet Utama: Pasar Sapi
Yang paling terkenal dari Pasar Kliwon Bekonang itu Pasar Sapinya. Lokasinya sekitar 200 meter dari pasar utama. Sapi-sapinya dari berbagai daerah, Â di sinilah puluhan hingga ratusan sapi dari seperti dari Karanganyar, Solo, Sragen, Klaten, sampai Boyolali kumpul diperjual-belikan. Diikat rapi pada tiang-tiang yang disediakan khusus.Â
Begitu matahari semakin terik, suara "mooo" terdengar bersahut-sahutan. Para sapi ini menunggu nasibnya: apakah akan dibawa pulang oleh pembeli atau kembali ke kandang semula. Proses jual belinya unik, karena sering melibatkan lelang dan tawar-menawar sengit antara peternak dan pembeli. Begitu kesepakatan harga tercapai, sapi dinaikkan ke truk untuk diantar ke rumah pemilik baru.
Ada juga yang cuma lihat-lihat sapi serta menyaksikan jual-beli sapi (seperti saya wkwk) ya karna ada keseruannya tersendiri. Pasar sapi kliwon ini akan sangat ramai bila mendekati hari Raya Idul Adha maupun pasaran kliwon pas hari libur.
Tak hanya sapi, di sekitar area pasar ternak ini juga dijual ayam, bebek, entok, angsa, kelinci, burung hias, burung merpati pacuan, ikan hias hingga burung puyuh. Mengelompok sesuai jenisnya hewannya.
Surganya Barang Bekas
Bagi pemburu barang bekas atau mencari barang langka dengan harga miring, Pasar Kliwon Bekonang adalah surga. Dari onderdil sepeda, helm, perabot rumah tangga, hingga peralatan kebun, semuanya bisa ditemukan di lapak-lapak pinggir jalan.Â
Ada juga pedagang yang menggelar pakaian bekas impor/dalam negeri, serunya lagi bisa ikut ngawul-awul milih pakainnya, meski tak selalu mudah menemukan "jackpot" di tumpukan tersebut.
Semua barangnya ya dijajar begitu saja dipinggir jalan di depan rumah warga yang memberikan vibes tersendiri.
Salah satu tanda kalau hari pasaran Kliwon adalah pemandangan di pagi hari saat melintas di jalan raya Bekonang. Sering terlihat orang bersepeda, tapi bukan cuma satu, melainkan membawa dua sepeda sekaligus. Satu untuk dikayuh, satu lagi dibawa untuk dijual. Biasanya sepeda kedua ini adalah sepeda onthel yang nanti akan dijejer rapi di lapak, siap menunggu pembeli.Â
Barang-barang yang dijajakan di Pasar Kliwon Bekonang benar-benar beragam. Ada yang handmade seperti ukiran kayu, , hingga lukisan dengan berbagai tema. Ada pula mainan bekas yang mungkin membangkitkan kenangan masa kecil, dan uang koleksi dari dalam maupun luar negeri. Bahkan bisa juga tukar uang rusak, entah itu robek, lecek, atau sudah dimakan rayap.
Di sisi lain, ada juga jasa pijat refleksi dan bekam, lengkap dengan ramuan obat-obatan tradisional yang wanginya khas. Dan di sudut tertentu, kamu akan menemukan penjual jimat-jimat yang konon bisa mendatangkan keberuntungan atau jodoh. Soal percaya atau tidak, itu kembali pada keyakinan masing-masing, tapi melihat deretan benda-benda itu sudah menjadi hiburan tersendiri.Â
Tak ketinggalan, para penjual tanaman hias maupun bibit tanaman sayur juga hadir, menawarkan berbagai jenis bunga, bonsai, hingga bibit sayuran. Bagi yang hobi berkebun, ini tempat yang tepat untuk mencari perlengkapan sekaligus inspirasi.
Berburu Cita Rasa Pasar
Menjelajah pasar tentu tak lengkap tanpa mencicipi kulinernya. Di Pasar Kliwon Bekonang, bisa juga mencari jajanan pasar seperti penjual jenang, klepon dan aneka jajanan pasar lainnya, bisa juga sarapan soto hangat, ngiras/makan ditempat sate kambing muda yang empuk, menikmati sayur jangan khas rumahan, atau menyeruput dawet ayu dan es tebu segar. Semua disajikan dengan suasana khas pasar, ramai, cepat, dan penuh interaksi hangat.
Pasar tumpah Kliwon Bekonang ini panjangnya kurang lebih sampai satu kilometer kalau dihitung dari ujung ke ujung. Bukanya cuma dari jam tujuh pagi sampai jam dua belas siang.Â
Pasar tumpah ini juga menjadi denyut ekonomi warga lokal. Banyak yang menggantungkan penghasilan dari momentum Kliwonan. Bahkan, pedagang dari luar daerah pun ikut meramaikan, tahu bahwa Bekonang adalah pasar yang menjanjikan saat Kliwon tiba.
Tak jarang, para pelintas yang baru pertama kali melihat pasar ini akan tercengang: jalan raya bisa berubah menjadi lautan manusia dan tenda-tenda dadakan.Â
Tapi di balik semrawutnya, tersimpan harmoni. Ada ketertiban tak tertulis yang diwariskan turun-temurun: siapa jualan di mana, kapan harus beres-beres, bahkan aturan tidak tertulis soal harga dan sapaan khas antarpedagang.
Di tengah arus modernisasi, tradisi pasar tumpah Kliwonan ini menjadi semacam penanda bahwa denyut nadi kearifan lokal masih berdetak, sebagai penjaga tradisi pasar rakyat yang hidup dan terus bernyawa.Â
Melihat wajah pedagang yang sumringah saat pembeli mampir ke kiosnya, mendengar suara riuh tawar-menawar, mencium aroma khas pasar, dan merasakan senggolan di gang sempit, semuanya terasa lebih manusiawi.Â
Hal-hal seperti ini tak akan temui di mall atau supermarket. Pasar tradisional punya keseruannya sendiri, yang memperlihatkan kehidupan apa adanya.
Kliwonan di Bekonang bukan sekadar jual beli. Ia adalah cerita tentang warisan, kebersamaan, dan cara orang memaknai waktu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI