"Terima kasih ya, udah jadi temen pulang sekolah terbaik."
Dan kemudian, mereka berpisah.
Seminggu kemudian, Alya benar-benar pindah. Tidak ada perpisahan manis, hanya sepi yang menggantung seperti kabut pagi.
Seiring waktu berjalan, jalan pulang itu tetap ada. Kebun bunga matahari tetap mekar sekali. Sawah tetap terhampar, gunung tetap berdiri gagah di kejauhan. Tapi tak ada lagi tawa Alya di jok belakang, tak ada lagi obrolan random yang menyertainya.
Arga tetap bersekolah, tetap naik sepeda yang sama. Tapi kini ia pulang sendirian.
Dan setiap melewati tikungan terakhir itu, hatinya mencubit pelan, mengingat satu kisah cinta kecil yang tak pernah sempat tumbuh lama. Sebuah rasa yang hadir, mengisi ruang, namun pergi tanpa pernah terucap.
Tapi Arga belajar menerima. Kadang, memang begitu cara hidup berjalan. Beberapa orang datang, mengubah harimu, lalu pergi. Tapi mereka meninggalkan sesuatu yang abadi, yakni kenangan.
Setiap kali angin menerpa wajahnya, Arga merasa seperti mendengar suara Alya tertawa. Dan itu cukup. Untuk mengingat bahwa pernah ada perjalanan kecil yang membuat hatinya hangat.
Sebuah cerita yang tak pernah tumbuh menjadi kisah. Hanya rasa, yang singgah sebentar lalu pergi.
Dan sepeda itu... tetap setia mengantarnya pulang, menyusuri jejak kenangan yang terlewat begitu saja.
31 Juli 2025 (MAW)