Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... welcome my friend

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

200 Hari Miko

30 Mei 2025   02:35 Diperbarui: 31 Mei 2025   15:56 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar by AI ChatGPT (OpenAI) 2025. (Dok. Pribadi)

Namaku Miko. Sekarang semester empat jurusan teknik mesin, jurusan yang katanya penuh suara gerinda dan oli, tapi entah kenapa aku lebih sering bengong daripada ngoprek mesin. Aku bukan cowok populer di kampus, malah lebih cocok disebut bayangan: duduk di pojok kelas, pulang sendirian, dan kadang makan bekal sendiri di taman kampus.

Aku suka tempat sepi dan udara terbuka. Gazebo taman kampus jadi tempat favoritku. Ada satu bangku yang letaknya agak tersembunyi, menghadap ke kolam kecil berisi ikan-ikan yang berenang tenang. Di sanalah aku merasa hidup tidak terlalu bising.

Mungkin karena aku introvert. Tapi semua berubah karena satu kejadian yang tampak sepele: bertemu Keira.

Hari ke-1: Sambal Kemangi dan Suara Paling Ceria

Hari itu langit cerah, berawan tipis, dan angin bertiup ringan, cuaca yang pas untuk membuka bekal buatan Ibu. Ada nasi putih, telur dadar yang diiris rapi, sambal kemangi yang harum, dan kerupuk udang kesukaanku. Lagi asyik nyendok nasi, tiba-tiba datang seorang cewek tinggi dengan tas besar dan suara paling ceria yang pernah kudengar.

"Wah! Bekalnya harum banget! Kamu masak sendiri?"

Aku hampir keselek nasi. Seumur hidup belum pernah ada cewek nyapa duluan dengan antusiasme setara sales panci keliling.

"E-eh... ini masakan Ibuku," jawabku kaku.

Dia langsung duduk di sebelahku tanpa izin, seolah dunia ini bebas tempat duduk. Bekalnya dikeluarkan: sandwich ayam mayo yang agak penyok.

"Aku Keira! Kita satu kelompok ospek, inget nggak?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun