Setiap orang pernah mengalami kesedihan. Ada yang kehilangan orang terkasih, pekerjaan, harapan, bahkan kehilangan dirinya sendiri. Kesedihan adalah bagian dari hidup yang tak bisa kita tolak. Namun, satu hal yang perlu kita sadari: berlarut dalam kesedihan bukanlah solusi.
Saya tidak mengatakan bahwa kita harus menekan atau mengabaikan rasa sedih. Tidak. Merasakan emosi adalah tanda bahwa kita manusia. Tapi sampai kapan kita akan membiarkan duka mengikat langkah? Apakah terus menangisi yang telah hilang akan membawa mereka kembali? Tentu tidak.
Sering kali, orang merasa bersalah saat mulai tersenyum kembali setelah kehilangan. Seolah-olah kebahagiaan adalah bentuk pengkhianatan terhadap kesedihan. Padahal, bangkit bukan berarti melupakan, tetapi sebuah bentuk penghormatan pada kehidupan.
Hal ini menjadi relate dalam realita kehidupan, dan saya juga menemukannya dalam karya Dr. Aidh Al-Qarni yang berjudul "Laa Tahzan". Buku ini lebih dari sekedar motivasi, tetapi berfungsi juga sebagai
Dari perspektif retorika, buku ini memiliki 3 aspek retorika yaitu, ethos, pathos, dan logos. Ethos Dr. Aidh Al-Qarni merupakan seorang ulama dan sarjana islam yang memiliki latar belakang akademik yang kuat dalam ilmu syariah dan dakwah. Karya-karya beliau tersebar luas di dunia islam dan banyak di jadikan rujukan dalam pengembangan spiritual.
Dalam aspek pathos, Buku ini mengangkat tema-tema yang umum di alami oleh banyak orang, seperti kesedihan karena kehilangan, patah hati dalam hidup, kekecewaan dalam takdir, dan masih banyak lagi tema yang lainnya dalam buku tersebut, tema-tema tersebut secara langsung maupun tidak langsung menyentuh persoalan nyata yang di rasakan pembaca. Beliau juga menulis dengan bahasa puitis, membuat pembaca merasa di mengerti, saya beri beberapa contoh kalimat dari buku tersebut:
"Jangan bersedih, karena masih banyak pintu harapan terbuka"
"Hidup ini terlalu singkat untuk di tangisi terus-menerus"
Kalimat ini mengajak kepada pembaca untuk jangan terlalu lama bersedih dalam kesedihan.
Dari aspek pathos, Dalam buku ini , beliau mengajarkan pentingnya berpikir optimis dan mencari sisi positif dalam setiap situasi, karena dengan pikiran yang positif akan membantu individu untuk tetap kuat dan tidak menyerah. Beliau juga menekankan menggunakan logika dan rasionalitas dalam mengambil keputusan dan menghadapi masalah.
Dari buku ini, saya mendapatkan pelajaran bahwasannya kesedihan merupakan bagian dari hidup, tapi bukan tujuan hidup. Kesedihan merupakan manusiawi yang tidak dapat di hindari, namun, berlarut-larut dalam kesedihan bukanlah solusi. Hidup ini harus di jalani dengan semangat, kesabaran, dan optimisme, karena setiap ujian yang datang bukan untuk menjatuhkan, tetapi untuk menguatkan.