Sistem navigasi modern di kendaraan sangat bergantung pada teknologi Global Positioning System (GPS) atau, lebih umumnya, Global Navigation Satellite Systems (GNSS), yang mencakup konstelasi satelit lain seperti GLONASS (Rusia), Galileo (Uni Eropa), dan BeiDou (Tiongkok). Sistem-sistem ini menyediakan informasi posisi, kecepatan, dan waktu yang akurat kepada pengguna di mana saja di permukaan Bumi atau di dekatnya. Â Â
Prinsip dasar penentuan posisi menggunakan GPS/GNSS adalah trilaterasi (atau lebih tepatnya, multilaterasi, karena melibatkan pengukuran dari setidaknya empat satelit untuk solusi 3D dan waktu). Setiap satelit dalam konstelasi secara terus-menerus mentransmisikan sinyal radio yang berisi informasi tentang posisi orbitnya (ephemeris) dan waktu transmisi sinyal yang sangat presisi (disinkronkan dengan jam atom di satelit). Penerima GPS/GNSS di dalam kendaraan menerima sinyal dari beberapa satelit yang terlihat. Dengan mengukur waktu tempuh sinyal dari setiap satelit ke penerima (yaitu, selisih antara waktu penerimaan dan waktu transmisi), penerima dapat menghitung jarak (disebut pseudorange) ke setiap satelit tersebut. Karena kecepatan perambatan sinyal radio diketahui (kecepatan cahaya), jarak dapat dihitung sebagai hasil kali kecepatan dan waktu tempuh. Dengan mengetahui jarak ke setidaknya empat satelit dan posisi masing-masing satelit tersebut, penerima dapat menghitung koordinat tiga dimensinya (lintang, bujur, dan ketinggian) serta mengoreksi ketidakakuratan jam internalnya sendiri. Â Â
Keakuratan sistem GPS/GNSS tidak hanya bergantung pada presisi jam atom dan kualitas sinyal satelit, tetapi juga sangat bergantung pada model geodesi Bumi yang akurat. Geodesi adalah cabang geofisika yang mempelajari bentuk dan dimensi Bumi, medan gravitasinya, dan orientasinya dalam ruang. Untuk navigasi global yang presisi, diperlukan sistem referensi koordinat global yang terdefinisi dengan baik, seperti  World Geodetic System 1984 (WGS84), yang digunakan oleh GPS. Sistem referensi ini mencakup model matematis bentuk Bumi (biasanya sebagai elipsoid referensi) dan model medan gravitasinya (geoid). Tanpa model geodesi yang akurat dan konsisten secara global, konversi dari pengukuran jarak satelit ke posisi geografis yang bermakna di permukaan Bumi akan menjadi tidak mungkin.  Â
Dengan demikian, setiap kali sistem navigasi di mobil memberikan petunjuk arah, ia secara implisit memanfaatkan hasil dari puluhan tahun penelitian dan pengembangan dalam bidang geodesi dan geofisika. Ini adalah contoh aplikasi langsung dari produk dan prinsip geodetik dalam teknologi otomotif sehari-hari.
Lebih jauh lagi, keberhasilan dan keandalan navigasi otomotif presisi tidak hanya bergantung pada teknologi yang ada di dalam kendaraan itu sendiri, tetapi juga pada pemeliharaan dan peningkatan berkelanjutan dari infrastruktur GNSS global. Ini mencakup peluncuran satelit baru untuk menggantikan yang lama, pemantauan dan kontrol stasiun darat yang melacak satelit dan mengirimkan koreksi, serta pemeliharaan sistem waktu global yang sangat presisi. Selain itu, model referensi geodetik juga harus terus diperbarui untuk memperhitungkan fenomena geofisika seperti pergerakan lempeng tektonik, variasi dalam rotasi Bumi, dan efek atmosfer pada propagasi sinyal radio. Semua ini merupakan upaya ilmiah dan rekayasa global yang berkelanjutan, di mana komunitas geofisika dan geodesi memainkan peran sentral. Oleh karena itu, setiap sistem GPS di mobil pada dasarnya adalah pengguna akhir dari infrastruktur dan pengetahuan ilmiah global yang sangat kompleks, dinamis, dan terus berkembang.
F. Pemantauan Kondisi Kendaraan: Aplikasi Prinsip Geofisika untuk Keandalan
Prinsip-prinsip yang dipinjam dari geofisika juga menemukan aplikasi dalam pemantauan kondisi berbagai komponen dan sistem kendaraan, yang bertujuan untuk meningkatkan keandalan, keselamatan, dan efisiensi pemeliharaan.
Deteksi Korosi: Metode Resistivitas untuk Melawan Karat
Korosi adalah proses degradasi material, terutama logam, akibat reaksi kimia atau elektrokimia dengan lingkungannya. Pada kendaraan, korosi dapat mempengaruhi integritas struktural panel bodi, sasis, dan komponen lainnya, serta mengganggu fungsi sistem kelistrikan. Salah satu pendekatan untuk memantau korosi secara non-destruktif adalah dengan memanfaatkan perubahan sifat kelistrikan material saat ia terkorosi. Sensor korosi dapat dirancang berdasarkan prinsip pengukuran perubahan resistivitas (atau konduktivitas) listrik dari lapisan tipis material yang terpapar lingkungan korosif. Seiring dengan terbentuknya produk korosi (misalnya, karat pada baja), yang umumnya memiliki resistivitas yang berbeda dari logam aslinya, resistansi listrik dari jalur sensor akan berubah. Perubahan resistansi ini dapat diukur dan dikorelasikan dengan tingkat atau laju korosi. Â Â
Pendekatan ini secara konseptual analog dengan metode geolistrik resistivitas dalam geofisika. Dalam survei geolistrik, arus listrik diinjeksikan ke dalam tanah, dan resistivitas bawah permukaan dipetakan berdasarkan respons potensial listrik yang terukur. Variasi resistivitas ini dapat mengindikasikan berbagai kondisi, termasuk keberadaan air tanah, jenis batuan, atau bahkan zona tanah yang bersifat korosif terhadap pipa logam yang terkubur (tanah dengan resistivitas rendah seringkali lebih korosif). Dalam kedua kasus, baik sensor korosi otomotif maupun survei geolistrik, perubahan sifat kelistrikan material (logam sensor atau tanah) digunakan sebagai indikator kondisi atau proses degradasi. Â Â
Kemampuan untuk memantau korosi secara real-time atau periodik menggunakan sensor berbasis resistivitas  membuka peluang untuk pergeseran paradigma dalam pemeliharaan. Daripada hanya mendeteksi korosi setelah kerusakan yang signifikan telah terjadi (pemeliharaan reaktif), data dari sensor ini dapat digunakan untuk memprediksi laju korosi dan sisa masa pakai komponen. Hal ini memungkinkan penjadwalan tindakan pemeliharaan preventif atau protektif (misalnya, aplikasi ulang lapisan pelindung) sebelum kegagalan struktural atau fungsional terjadi, sehingga meningkatkan keandalan dan keselamatan kendaraan, serta berpotensi mengurangi biaya perbaikan jangka panjang. Pendekatan proaktif dan prediktif ini mirip dengan bagaimana pemantauan geofisika jangka panjang terhadap fenomena seperti deformasi tanah di lereng atau perubahan level air tanah di area rawan amblesan dapat digunakan untuk memberikan peringatan dini dan menginformasikan tindakan mitigasi bahaya.  Â
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!