Mohon tunggu...
Muhammad Reza Santirta
Muhammad Reza Santirta Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis adalah seni

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Membaca Puisi

28 Februari 2020   15:46 Diperbarui: 28 Februari 2020   15:45 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://wallpapercave.com/w/wp4146309

Sebuah pertanyaan langsung telak mengenai ulu hatiku. Rasanya seperti ditinju oleh pukulan kata-kata. Tentu saja keningku berkerut.

Kesal? Dalam hati bergejolak ribuan emosi. Tidak tahu harus bereaksi apa. Tapi, pertanyaan nakal itu membuatku sulit berfikir dalam waktu yang lama.

Tugas membuat puisi itu telah kutunaikan. Aku harus membuat sebanyak 5 puisi yang mengusung tema kebenaran. Alasannya, aku ingin mewakili nilai-nilai kemanusiaan. Siapa sih yang tidak sakit hati ketika diri kita dituduh macam-macam? Padahal, tidak berbuat apa-apa selain hanya berdiam di tengah ributnya orang lain.

5 puisi itu aku tulis di sebuah buku harian. Aku tulis sebagai ungkapan perasaan semata. Tidak banyak belajar cara membuat puisi selain hanya bermodal 'aku mahasiswa sastra'.

Hanya mata kuliah ini satu-satunya yang aku suka. Aku bisa belajar apa yang dinamakan 'penulisan kreatif'. Kalau di luar negeri namanya 'creative writing'.

Sungguh penat aku berurusan dengan teori. Hanya sekedar kata-kata tanpa pretensi. Makanya hanya dinamakan informasi yang digagas berdasar asumsi.

Kelas itu berganti sunyi dalam sekejap. Aku duduk terkaku dan mataku menatap mahasiswa satu per satu. Wajah mereka menanti reaksiku.

"Tadi kamu selalu mengatakan bahwa makna pusimu adalah kebenaran dan kebenaran. Sekarang aku mau tanya, apa itu kebenaran menurutmu?" Ucap seorang mahasiswi yang berwajah ceria.

Pertanyaan itulah yang mengusik rasa batinku. Tak pernah ada yang menanyakan seperti itu. Pertanyaan awal hanya seputar teknik penulisan puisi. Tipografi, waktu penulisan puisi, dan inspirasi puisiku yang kalau ditanya mempunyai tema politik atau tidak.

Semua bisa aku jawab. Tidak ada yang menanyakan tema karena alasan yang sangat umum dan isinya sudah terjawab.

Aku tidak berharap puisi yang bagus. Tulisannya bisa terbit di berbagai media bahkan sampai dibahas para sastrawan ternama. Aku bukan malaikat yang serba suci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun